AKU INGIN SEKOLAH
Oleh
Abdussalam
KATA PENGANTAR
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut kita untuk
menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam meningkatkan sumber daya
manusia itu, antara lain di tempuh melalui pendidikan formal dan nonformal.
Guna menjawab tantangan tersebut, pemerintah melalui departemen pendidikan dan
kebudayaan mencanangkan empat strategi dasar kebijakan yang meliputi pemerataan
kesempatan belajar, peningkatan mutu pendidikan, relevansi pendidikan, serta
efektivitas dan efisiensi pendidikan.
Selain itu, pendidikan merupakan tanggung jawab bersama
antara orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Oleh karena itu, upaya
peningkatan sumber daya manusia tidak saja dilakukan oleh pemerintah, tetapi
juga oleh masyarakat. Sebagai wujud dari kepedulian masyarakat terhadap
kemajuan pendidikan.
Sehubungan dengan itulah, sebagai partisipasi penulis
berupaya menerbitkan buku cerita yang bertemakan “AKU INGIN SEKOLAH’’. Cerita
yang bertemakan aku ingin sekolah ini Berdasarkan pengalaman penulis. Dengan
maksud agar pembaca bisa termotivasi dalam dunia pendidikan. dalam cerita ini
bagaimana seorang anak yang putus sekolah karena faktor ekonomi yang lemah bisa
bersekolah lagi karena keinginan yang kuat untuk bersekolah.
Harapan penulis, semoga buku cerita ini bermanfaat
Penulis;
Abdussalam
Cerita ini adalah nyata bila ada persamaan nama, tempat
Maupun peristiwa, itu
hanyalah kebetulan belaka dan
Tidak bermaksud menyinggung
siapapun
‘’Nah teman teman… maukah kalian mendengarkan cerita tentang diriku..? baiklah, aku akan menceritakan kisahku ini, namun jangan menertawakan aku ya..! terus terang saja, kisahku adalah kisah sedih, namun aku tetap bahagia dan penuh rasa syukur, terlebih-lebih setelah aku bisa melanjutkan sekolah. Rasanya aku menjadi orang yang paling bahagia di dunia yang penuh dengan cobaan ini.
‘’ Teman-teman kisahku ini
aku mulai dari keadaan keluargaku, ayahku bernama Musa sedangkan ibuku bernama
Raihanun. Ayahku berasal dari Rarang kecamatan Terara dan ibuku dari Rekat lauk
kecamatan Selong. Ayahku adalah seorang anak yatim piatu. Waktu muda ayahku
nekat pergi ke Selong untuk mencari pekerjaan, dan disanalah Allah
mempertemukan ayah dan ibuku, ayahku jatuh cinta pada ibuku dan akhirnya
merekapun menikah. Sekarang pekerjaan orangtuaku adalah buruh, kalau bahasa
kerennya “pemetik pohon kelapa”. Dari
kampung, ayahku memang sudah berniat mencari pekerjaan sebagai pemetik pohon kelapa’’.
‘’Nah teman teman ketika ibu
mengandung diriku, beliau berhenti dari pekerjaannya sebagai buruh, lalu ayahku
membeli sebuah kamar untuk tempat tinggal di desa rekat lauk. Jumlah kakakku
ada dua dan semuanya sudah besar, akulah anak yang paling kecil, maaf ayahku
termasuk orang yang tidak mentaati program keluarga berencana. Kami tinggal
berdesak-desakan di kamar pengap, namun kami tetap merasakan adanya
kebahagiaan, apalagi kalau sudah bermain dan bercanda dengan kakak-kakakku, aku
sangat bahagia.
‘’Teman-teman ketika umurku
enam tahun, akupun masuk sekolah. Aku dimasukkan di sekolah MI Azzuhriah NW Kebun
Erat. wah’’, bahagia rasanya aku ketika memakai seragam sekolah, apalagi di
sekolah aku berkenalan dengan banyak teman-teman. Menjadi anak sekolah memang
mengasyikkan setiap pagi berangkat kesekolah membawa buku dan tak ketinggalan
lagi nih, ‘’uang jajan’’. Kurasa “masa yang paling indah adalah masa masa di
sekolah”.
‘’Sekarang aku duduk di
kelas satu, setiap hari kami belajar kecuali hari minggu, selain itu aku
belajar di rumah, ibu menyuruhku menggunting huruf-huruf abjat yang biasa berada di kulit sabun, di
buku, di kotak dan lain-lain. Aku kumpulkan semua huruf-huruf yang aku gunting.
Dan hasil guntingan itu aku bisa menyusun kata atau kalimat, misalnya Ibu
menyuruhku membuat kalimat “ saya suka makan”. Dan giliranku untuk merancang
dan menyusun membuat kalimat yang di suruh oleh ibu.
Di sekolah aku mempunyai
banyak teman, nah teman-teman…lucunya saat aku pertama masuk sekolah, aku
bingung mau masuk di kelas mana ? ternyata aku salah masuk, aku masuk di kelas
enam dan aku di tertawain, aku sangat malu sekali, untung ada kakak kelas yang
mengantarku ke kelasku, pas aku masuk kelas aku di suruh oleh bapak guru untuk
memperkenalkan diri di depan teman-teman, ternyata aku tidak bisa memperkenalakan
diri karena aku gugup sekali sampai-sampai aku menangis di depan semua teman-teman dan akhirnya aku pun di suruh duduk.
‘’Waktu itu, aku
bercita-cita ingin menjadi polisi dan tentara dan pada saat itu aku masuk di
gerakan pramuka untuk melatih berbicara di depan teman-teman, tapi sayang, aku
jarang belajar, karena setiap malam akan mulai belajar aku ketiduran. Kata
Bapak guru “Belajar itu Pangkal Pandai”, jadi kalau ingin pandai harus rajin
belajar. Aku sadar orangtuaku miskin karena bodoh, mereka bodoh karena tidak
belajar waktu muda. Ingin sekali rasanya aku mengubah garis nasib keluargaku.
Menurut teman-temanku, prestasi sekolahku bagus, aku mendapatkan rangking saat
kenaikan kelas. Di situlah aku merasa bahagia karena yang mendapatkan rangking di
beri hadiah buku tulis oleh bapak guru.
Ketika aku duduk di kelas
tiga, musibah menimpa keluargaku, musibah itu menimpa ayahku, ketika Ayahku
memanjat pohon kelapa, ayahku terpelanting jatuh, ayahku sampai pingsan dan
langsung di bawa kerumah sakit Selong, Tuhan memang masih menyelamatkan ayahku,
sekarang ayahku tidak bisa bekerja seperti biasa. Teman-teman bisa membayangkan
betapa sedihnya kami. Ayahku adalah tulang punggung bagi keluarga. Sekarang
ayahku berbaring di rumah sakit karna tulang pinggang ayahku patah. Ibukulah
yang kemudian menggantikan posisinya. Ibuku membuat serabi kemudian serabi itu
di jual didepan rumah, selain itu, ibu, aku dan kakak-kakakku membantu
berjualan kelapa keliling di desa
kelayu. Aku tau bapak dan ibuguruku banyak dari Kelayu, mereka tau keseharianku
berjualan di desa, aku tidak malu, kelapa yang aku bawa dari rumah aku jual di
bapak ibu guru dan orang-orang kelayu.
‘’Lumpuhnya Ayahku
berpengaruh pada sekolahku, kalau dulu aku suka belajar, sekarang waktu belajar
itu di gunakan untuk membantu ibu menyiapkan dan mengantar barang untuk di
jual. Teman-teman pada saat itu tidak ada sepeda motor, kami berjalan dari
rumah sampai Kelayu sambil membawa barang dagangan. Aku memiliki kewajiban
untuk membantu ibuku membiayai hidup keluargaku.
Tak lama kemudian, ayahku
boleh pulang dari rumah sakit, hampir tiga tahun ayahku di rumah sakit. nah
ayahku sekarang lumayan sehat kembali. Tapi ayahku tidak jera dengan
pekerjaannya memanjat pohon kelapa, karena tanpa pekerjaan itu kami bisa makan
dan memenuhi kebutuhan keluarga. Saat itu aku orangnya super sibuk, pulang
sekolah aku pergi bantu orang tua bekerja mengumpulkan kelapa. apalagi hari
libur, bagiku tidak ada hari libur, hari-
hari itu adalah belajar dan bekerja. Teman-teman harus tau “waktu itu adalah
uang”.
Waktu tes kenaikan kelas
sudah sangat dekat. Namun, aku tidak bisa membayar uang sekolah. Aku
benar-benar menjadi sangat bingung. Mau minta sama orang tua, orang tua juga
pada saat itu tidak mempuanyai uang. Setelah aku berfikir, akhirnya kuputuskan
untuk keluar sekolah saja.
Pagi itu juga aku berangkat
ke sekolah, maksudku untuk melapor kepada Pak Guru dan juga Bapak Kepala
Sekolah. ‘’tok tok tok’’ suara pintu kantor.
Salam: assalamualaikum Pak….
Kpla Sekolah: waalaikum
salam, ada apa salam..? akupun di persilahkan duduk.
Salam: tanpa basa basi “maaf
Pak, Aku minta izin untuk keluar sekolah saja karena aku tidak mampu membayar
uang sekolah’’.
Bapak Kepala sekolah dan
juga Pak Guru sangat terkejut ketika mendengar kata-kataku. Namun beliau
melarangku keluar sekolah. Yang menjadi terkejut justru aku sendiri. Menurut
beliau aku akan di bantu dalam hal uang sekolah dan perlengkapannya. Uang
sekolah dan biaya perlengkapan lainnya berasal dari dana BOS.
‘’Aku seperti tidak percaya mendengar penjelasan beliau.
Tiba-tiba air mataku berderai-derai. Aku langsung menyalami Bapak Kepala
Sekolah dan mencium tangannya, serta mengucapkan rasa terimakasih yang tak
terhingga. ‘’terimakasih Pak atas bantuannya’’…’’ia sama-sama’’. Kata beliau, bukan
kepada beliau aku berterimakasih. Melainkan kepada Allah SWT.
Dalam shalat ku aku senantiasa berdoa agar orang yang
memberi kami bantuan itu senantiasa di beri rahmat oleh Allah SWT. ‘’Oh,
Alangkah indahnya seandainya beribu-ribu kawanku yang tidak mampu sekolah,
mendapat bantuan juga untuk bersekolah, ya Allah kuatkanlah iman kami dan
berkatilah kami dengan ilmu pengetahuan dan teknologi agar kami dapat
melanjutkan cita-cita para perintis bangsaku!.
Untuk hari-hari selanjutnya aku terus masuk sekolah,
setelah menerima tunjangan pendidikan dari dana BOS. Hal itu kulakukan karena
aku sudah mendapat tunjangan biaya sekolah. Yang penting bagiku adalah belajar
dengan tekun dan membantu orang tua. Bantuan dari dana BOS itu tidak akan aku
sia-siakan. Akan aku buktikan bahwa diriku juga mampu berpretasi. Semoga di
kemudian hari aku juga bisa membantu anak-anak yang tidak mampu bersekolah.
Teman-teman, sekarang aku sudah kelas enam, sebentar lagi
aku akan ujian nasional, aku sangat gemetar sekali menghadapi namanya ujian
nasional. Sebelum menghadapi ujian nasional. Bapak ibu guru menambah jam
pelajaran, guru kami menyuruh kami Les, setiap sore kami datang kesekolah untuk
belajar, biasanya kami belajar menjawab kisi-kisi soal ujian nasional. Nah
ketika ujian nasional sudah dekat, kami terkejut setelah mendengar kata-kata
dari Bapak kepala Sekolah, “ anak-anak, besok ujian nasioanalnya tidak di
adakan di madrasah kita ini, tapi…. Ujian nasionalnya di adakan di sekolah MI
NW Kelayu, yaitu kelayu Utara’’…. Setelah mendengar kata-kata Bapak Kepala
Sekolah kami hanya bisa mengangguk-anggukkan kepala, kami hanya berfikir, “kita
pasti jalan kaki ke Kelayu’’… Oia ada yang ketinggalan ‘’ besok pas ujian
nasionalnya kalian harus berangkat dari rumah pas subuh-subuh terutama anak-anak
yang dari Rekat Lauk. Teman-teman bisa membayangkan betapa jauhnya rekat lauk
bila jalan kaki ke Kelayu, berangkatnya subuh-subuh lagi. Tapi kami tidak patah
semangat, biar bagaimanapun tetap kami jalani.
Teman-teman, ketika ujian nasionalnya berlangsung besok
pagi senin, aku di uji sama Allah, pada malam seninnya, pas pada waktu itu
Ibuku sakit keras, ketika tengah malam, rumah kami di bobol sama maling,
“tolong….tolong…tolonng….”maling…maling..maling…”. suara terdengar di
telingaku. Aku langsung bangun,. “Astaga
kita kecurian ma..”. “saya langsung berteriak “tolong..tolong..tolong….”. ayo
kejar maling itu…!. Hampir semua orang di desa mengejar maling itu, dan akupun
juga ikut mengejar maling itu. Hah..hah..hah.. nafasku keluar, aku lelah
berlari-lari mengejar maling itu. Aku tidak kuasa lagi untuk berlari.
Setelah terdengar suara azan subuh, akupun kembali kerumah
karna aku akan mengikuti ujian nasional, teman-teman bisa membayangkan betapa
sedihnya aku, di dalam sholatku aku hanya bisa berdo’a. ‘’ya Allah kuatkanlah
iman hambamu ini, semoga sapiku bisa di temukan agar aku bisa lebih tenang
dalam mengikuti ujian nasional’’. Pada hari pertama ujian nasional aku
berangkat bersama teman-temanku pergi ujian nasional ke kelayu. Dalam
perjalanan menuju Kelayu, aku hanya masih kepikiran memikirkan sapiku yang
semoga saja bisa di temukan. Darrrr….. temanku mengagetkanku. “Hey Salam..’’.
kamu kenapa..? Tanya temanku. “Kamu masih kepikiran ya dengan sapi kamu..?. ha..ha..ha..
mereka menertawakanku. “gak usah dipikirin salam, insyaallah sapi kamu bisa di
temukan sama masyarakat disana”. “ya semoga lah ucapanmu benar”. Balas saya.
“kalau di fikirin terus nanti ujian kamu pasti gak konsentrasi”. Kata temanku
benar, aku tidak sepenuhnya memikirkan sapiku, Agar dalam menjawab soal ujian
tidak merasa terganggu dengan pikiranku. Pada saat itu kami menjawab soal-soal
ujian dengan baik dan lancar . pada pertengahan menjawab soal ujian, “ya Allah
kenapa aku masih saja mengingat yang di rumah”. “ya Allah kuatkan, tabahkan
hati hambamu ini ya Allah. Di dalam hatiku berbicara. Sepulang dari sekolah,
aku langsung melihat kandang sapi, ternyata aku tidak melihat ada sapi di dalam
kandang. “Pak Buk, tidak di temukan sapinya..? Tanya saya. “tidak Nak, sapinya
tidak di temukan. Aku hanya terdiam dan berusaha merelakan kepergian sapiku.
Hari demi hari, malam demi malam berlanjut, tak terasa kami
menunggu hasil ujian nasional kami. Kami semua takut jika kami tidak lulus
seratus persen. Pada hari perpisahanpun telah tiba, semua wali murid datang kecuali orang tuaku.
Aku sangat sedih sekali, karna kedua orang tuaku tidak hadir dalam acara
perpisahan atau penamatanku, karna pada saat itu kedua orang tuaku sakit. Pada
saat itu di umumkan oleh Bapak guru hasil ujian kami. “kepada semua wali murid
anak-anak kita sudah berhasil dalam melaksanakan ujian, dan hasilnya anak-anak
kita lulus seratus persen dan kami umumkan yang mendapat peringkat pertama,
kedua dan ketiga’’. Mendengar pengumuman dari bapak guru, aku sangat gemetar
sekali dan penasaran siapa yang mendapat peringkat itu. Dan di putuskan sama
bapak guru. Allhamdulillah aku dapat peringkat kedua dari dua puluh siswa-siswi, aku tidak kuasa
menahan tangisku, aku merasa terharu sekali.
‘’Selalu lakukan yang terbaik apa yang anda
tanam sekarang,
itulah yang anda dapatkan nanti”.
“Setiap kesulitan
adalah sumber kreatifitas
selama kita focus mencari dan mengatasinya,
Kesempatan dan
Sukses akan datang menghapiri kita”.
bersambung........
Tunggu Efisode selanjutnya.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar