KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulilah, pertama-tama marilah kita
panjatkan puji syukur kepada Allah Swt. Yang telah memberikan nikmat kesehatan
sehingga kita mampu menjalankan segala perintahnya dan menjauhi segala
larangannya, alhamdulillah. Kedua
kalinya shalawat dan tak lupa kita haturkan kepada junjungan alam nabi besar
Muhammad saw. Yang telah merombak umat manusia dari masa kebodohan menuju masa
yang berpikir sesuai dengan anjuran Al-Qur’an dan Hadist.
Makalah ini dibuat
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “ILMU KALAM”. Dalam makalah ini penulis membahas tentang “SYI’AH”. Semoga apa yang kami
tulis dapat mendatangkan mamfaat bagi kita semua. Amin........
Kami menyadari
sepenuhnya, bahwa makalah ini bukanlah sebuah kesempurnaan, dengan kerendahan
hati kami mengharapkan kritik dan saran
dari dosen pengampu, guna peningkatan pembuatan makalah pada waktu mendatang
dan agar kami dapat memperbaikinya guna kemajuan bersama.
Pancor, 31 September 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i
KATA
PENGATAR.......................................................................................... ii
DAFTAR
ISI....................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang .................................................................................... .... 1
B. Rumusan
Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan
....................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian Dan Asal-Usul Kemunculan Syi’ah........................................ 3
B. Syi’ah
Sab’iyah (Syi’ah Tujuh)................................................................. 9
C. Syi’ah Zaidiyah......................................................................................... 12
D. Syi’ah Ghulat............................................................................................ 14
E. Pendapat
Ulama’ Tentang Rasmul Al-Qur’an ......................................... 7
F. Kaitan
Rasmul Qur’an dengan Qira’at ..................................................... 7
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................ 19
B. Saran.......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 20
BAB
1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syiah adalah madzhab yang pertama lahir dalam Islam.
Madzhab Syiah memiliki visi politiknya sendiri, sebagian dekat dan sebagian
lain jauh dari agama. Madzhab ini tampil pada akhir masa pemerintahan
Utsman, kemudian tumbuh dan berkembang pada masa Ali. Setiap kali Ali
berhubungan dengan masyarakat, mereka semakin mengagumi bakat-bakat, kekuatan
beragama, dan ilmunya. Karena itu para propagandis Syiah mengeksploitasi
kekaguman mereka terhadap Ali untuk menyebarkan pemikiran-pemikiran mereka
tentang dirinya.
Di antara pemikiran itu ada yang menyimpang, dan ada
pula yang lurus. Ketika keturunan Ali yang sekaligus keturunan Rasulullah
mendapat perlakuan zalim yang semakin hebat dan banyak mengalami penyiksaan
pada masa bani Umayyah, rasa cinta mereka terhadap keturunan Ali semakin
mendalam. Mereka memandang Ahlulbait ini sebagai Syuhada dan korban kedzaliman.
Dengan demikian, semakin meluaslah daerah madzhab Syiah dan pendukungnya
semakin banyak. Golongan Syiah beranggapan bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib
dan anak keturunannya lebih berhak menjadi khalifahdaripada orang lain,
berdasarkan wasiat Nabi. Masalah khalifah ini adalah soal politik yang dalam
perkembangan selanjutnya mewarnai pandangan mereka di bidang agama.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka masalah yang
akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.
Bagaimana
sejarah munculnya aliran Syi’ah?
2.
Apa saja
sekte-sekte aliran Syi’ah?
3.
Bagaimana
perkembangan dan ajaran Syiah?
C.
Tujuan Masalah
Berdasarkan
masalah di atas, maka tujuan ditulisnya makalah ini adalah untuk
1. Mengetahui
sejarah munculnya aliran Syi’ah
2. Mengetahui
sekte-sekte aliran Syi’ah
3. Mengetahui
perkembangan dan ajaran Syiah?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Dan Asal-Usul
Kemunculan Syi’ah
Syi’ah dilihat dari
bahasa berarti pengikut, pendukung, partai, atau kelompok, sedangkan secara
terminologis adalah sebagian kaum muslim yang dalam bidang spiritual dan
keagamaannya selalu merujuk pada keturunan Nabi Muhammad SAW. Poin penting
dalam doktrin Syi’ah adalah pernyataan bahwa segala petunjuk agama itu
bersumber dari ahl al-bait. Mereka menolak petunjuk-petunjuk
keagamaan dari para sahabat yang bukan ahl al-bait atau para
pengikutnya.
Menurut Thabathbai,
istilah Syi’ah untuk pertama kalinya ditujukan pada para pengikut Ali (Syi’ah
Ali), pemimpin pertama ahl al-bait pada masa Nabi Muhammad
SAW. Para pengikut Ali yang disebut Syi’ah itu diantaranya adalah Abu Dzar
Al-Ghiffari, Miqad bin Al-aswad, dan Ammar bin Yasir.
Pengertian bahasa dan
terminologis diatas hanya merupakan dasar yang membedakan Syi’ah dengan
kelompok islam lainnya. Di dalamnya belum ada penjelasan yang memadai mengenai
Syi’ah berikut doktrin-doktrinnya. Meskipun demikian, pengertian diatas
merupakan titik tolak penting bagi mazhab Syi’ah dalam mengembangkan dan
membangun doktrin-doktrinnya yang meliputi segala aspek kehidupan,
seperti imamah, taqiyah, mut’ah, dan sebagainya.
Mengenai kemunculan
Syi’ah dalam sejarah, terdapat perbedaan pendapat dikalangan para ahli. Menurut
Abu Zahrah, Syi’ah mulai muncul pada masa akhir pemerintahan Usman bin Affan
kemudian tumbuh dan berkembang pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib.
Adapun menurut Watt, Syi’ah baru benar-benar muncul ketika berlangsung
peperangan antara Ali dan Mu’awiyah yang dikenal dengan Perang Siffin. Dalam
peperangan ini, sebagai respon atas penerimaan Ali terhadap arbitrase yang
ditawarkan Muawiyah, pasukan Ali diceritakan terpecah menjadi dua, satu
kelompok mendukung sikap Ali-kelak disebut Syi’ah, dan kelompok lain menolak
sikap Ali, kelak disebut Khawarij.
Kalangan Syi’ah sendiri
berpendapat bahwa kemunculan Syi’ah berkaitan dengan masalah pengganti (khilafah) Nabi
SAW. Mereka menolak kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Usman bin
Affan karena dalam pandangan mereka hanya Ali bin Abi Thaliblah yang berhak
menggntikan Nabi. Kepemimpinan Ali dalam pandangan Syi’ah tersebut sejalan
dengan isyarat-isyarat yang diberikan oleh Nabi SAW pada masa hidupnya. Pada
awal kenabian, ketika Muhammad SAW diperintahkan menyampaikan dakwah kepada
kerabatnya, yang pertama-tama menerima adalah Ali bin Abi Thalib. Diceritakan
bahwa Nabi pada saat itu mengatakan bahwa orang yang pertama-tama memenuhi
ajakannya akan menjadi penerus dan pewarisnya. Selain itu, sepanjang kenabian
Muhammad, Ali merupakan orang yang menunujukkan perjuangan dan pengabdian yang
luar biasa besar.
Bukti utama tentang
sahnya Ali sebagai penerus Nabi adalah peristiwa Ghadir Khumm.Diceritakan
bahwa ketika kembali dari haji terakhir, dalam perjalanan dari Mekkah ke
Madinah, di suatu padang pasir yang bernama Ghadir Khumm. Nabi
memilih Ali sebagai penggantinya dihadapan masa yang penuh sesak yang menyertai
beliau. Pada peristiwa itu, Nabi tidak hanya menetapkan Ali sebagai pemimpin
umum umat (walyat-i ‘ammali) mereka. Namun realitas berkata lain.
Berlawanan dengan
harapan mereka, justru ketika Nabi wafat dan jasadnya belum dikuburkan,
sedangkan anggota keluarganya dan beberapa orang sahabat sibuk dengan persiapan
dan upacara pemakamannya, teman dan pengikut Ali mendengar kabar adanya
kelompok lain yang telah pergi ke masjid, tempat umat berkumpul menghadapi
hilangnya pemimpin yang tiba-tiba. Kelompok ini, yang kemudian menjadi
mayoritas, bertindak lebih jauh, dan dengan sangat tergesa-gesa memilih pimpinan
kaum muslimin dengan maksud menjaga kesejahteraan umat dan memecahkan masalah
mereka saat itu. Mereka melakukan hal itu tanpa berunding denganahlul bait,
keluarga, ataupun para sahabat yang sedang sibuk dengan upacara pemakaman, dan
sedikit pun tidak memberitahukan mereka. Dengan demikian, kawan-kawan Ali
dihadapkan kepada suatu keadaan yang sudah tak dapat berubah lagi (faith
accompli).
Berdasarkan realitas
itulah, muncul sikap di kalangan sebagian kaum muslimin yang menentang
kekhalifahan dan menolak kaum mayoritas dalam masalah-masalah kepercayaan
tertentu. Mereka tetap berpendapat bahwa pengganti Nabi dan penguasa keagamaan
yang sah adalah Ali. Mereka berkeyakinan bahwa semua persoalan kerohanian
dan agama harus merujuk kepadanya serta mengajak masyarakat utuk
mengikutinya. Inilah yang kemudian disebut sebagai Syi’ah. Namun
lebih dari itu, seperti dikatakan Nasr, sebab utama munculnya Syi’ah terletak
pada kenyataan bahwa kemungkinan ini ada dalam wahyu islam sendiri,
sehingga mesti diwujudkan.
Perbedaan pendapat di
kalangan para ahli mengenai kalangan Syi’ah merupakan sesuatu yang wajar. Para
ahli berpegang teguh pada fakta sejarah ‘perpecahan’ dalam islam yang memang
mulai mencolok pada pemerintahan Utsman bin Affan dan memperoleh momentumnya
yang paling kuat pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, tepatnya
setelah perang Shiffin. Adapun kaum Syi’ah, berdasarkan
hadist-hadist yang mereka terima dari ahl al-bait, berpendapat
bahwa perpecahan itu sudah mulai ketika Nabi SAW. Wafat dan kekhalifahan jatuh
ke tangan Abu Bakar. Segera setelah itu terbentuklah Syi’ah. Bagi mereka, pada
masa kepemimpinan Al-Khulafa Ar-rasyidiun sekalipun, kelompok
Syi’ah sudah ada. Mereka bergerak di bawah permukaan untuk mengajarkan dan
menyebarkan doktrin-doktrin Syi’ah kepada masyarakat. Tampaknya, Syi’ah sebagai
salah satu faksi politik islam yang bergerak secara terang-terangan, memang
baru muncul pada masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, sedangkan Syi’ah sebagai
doktrin yang diajarkan secara diam-diam oleh ahl al-bait muncul
segera setelah wafatnya Nabi.
Syi’ah mendapatkan
pengikut yang besar terutama pada masa dinasti Amawiyyah. Hal ini menurut Abu
Zahrah merupakan akibat dari perlakuan kasar dan kejam dinasti ini
terhadap ahl al-bait. Diantara bentuk kekerasan itu adalah
yang dilakukan penguasa Bani Umayyah. Yazid bin Mu’awiyah, umpamanya pernah
memerintahkan pasukannya yang dipimpin oleh Ibnu Ziyad untuk memenggal kepala
Husein bin Ali di Karbala. Diceritakan bahwa setelah dipenggal, kepala Husein
dibawa ke hadapan Yazid dan dengan tongkatnya Yazid memukul kepala cucu Nabi
Muhammad SAW yang pada waktu kecilnya sering dicium Nabi. Kekejaman seperti ini
menyebabkan sebagian kaum muslimin tertarik dan mengikuti madzhab Syi’ah, atau
paling tidak menaruh simpati mendalam terhadap tragedi yang menimpa ahl
al-bait.
Dalam perkembangannya,
selain memperjuangkan hak kekhalifahan ahl al-bait di hadapan
dinasti Ammawiyah dan Abbasiyah, Syi’ah juga mengembangkan doktrin-doktrinnya
sendiri. Berkaitan dengan teologi, mereka mempunyai lima rukun iman, yakni tauhid (kepercayaan
kepada keesaan Allah); nubuwwah (kepercayaan kepada
kenabian); ma’ad (kepercayaan akan adanya hidup di akhirat); imamah (kepercayaan
terhadap adanya imamah yang merupakan hak ahl al-bait); dan adl (keadilan
Ilahi). Dalam Ensiklopedia Islam Indonesia ditulis bahwa perbedaan antara Sunni dan Syi’ah terletak
pada doktrin imamah. Meskipun mempunyai landasan keimanan yang sama, Syi’ah
tidak dapat mempertahankan kesatuannya. Dalam perjalanan sejarah, kelompok ini
akhirnya terpecah menjadi beberapa sekte. Perpecahan ini terutama dipicu oleh
masalah doktrin imamah.
1. Sekte-Sekte Aliran Syi’ah
a.
Syi’ah Itsna
Asy’ariyah (Syi’ah Dua Belas/Syi’ah Imaimyah)
b.
Asal-usul
Pengambutan Imamiyah dan Syi’ah Itsna Asyariah
Dinamakan Syi’ah
Imamiyah karena dasar yang terjadi dasar akidahnya adalah persoalan
imam dalam arti pemimpin religio politik,yakni ali berhak menjadi khalifah
bukan hanya karena kecakapannya atau kemulianan akhlahnya, tetapi juga karena
ia telah ditunjuk nas dan pantasmenjadi kholifah pewaris pemimpinan Nabi
Muhammad SAW. Ide tentaqng hak alidan keturunannya untuk menduduki jabatan
kholifah telah adasejak nabi wafat,yaitu dlam perbincangan politik di Saqifah
Bani Sa’idah.
Syi’ah Itsna Asyariyah
sepakat bahwa ali adalah penerima wasiat Nabi Muhammad seprti yang di tunjukkan
nas. Adapun Al-ausiya (penerima wasiat) setelah ali bin abi tholib adalah
keturunan dari garisfatimah, yaitu Hasan bin Ali kemudian Husen bin Ali
sebagaimana yang disepakati. Setelah Husen adalah Ali Zainal Abidin, kemudian
secara berturut-turut;Muhammad Al-Baqir,Abdullah ja’far Ash-Shadiq,Musa
Al-kahzim,Ali Ar-Rida,Muhammad Al-Jawwad,Ali Al-Hadi, Hasan Al-Askari dan
Muhammad Al-Mahdi sebgai imam kedua belas. Demikian lah, karena berbaiat di
bawah imamah dua belas imam, mereka di kenal dengan sebutasyiah Itsna
Asyariyah.
Nama dua belas (Itsna
Asyariyah) ini mengandung pesan penting dalam tinjauan sejarah, yaitu golongan
ini terbentuk setelah lahirnya kedua belas iman yaitu kira-kira pada tahun 260
H/878 M. Pengikut sekte ini menganggap bahwa iman ke buabelas, Muhammad
Al-Mahdi, dinyatakan gaibah (occultation). Muhammad Al-Mahdi bersembunyi
diruang bawah tanah rumah ayahnya di samarra dan tidak kembali. Itulah sebabnya
kembalinya Imam Al-Mhdi ini selalu ditunggu-tunggu pengikut sekte Syi’ah Itsna
Asyariyah. Ciri khas kehadirannya adalah sebangai Ratu Adil yang akan turun di
akhir zaman. Oleh karena inilah, Muhammad Al-Mahdi dijuluki sebagai Imam Mahdi
Al-Muntazhar (yang ditunggu).
2.
Doktrin-doktrin Syi’ah Itsna Asyariyah
Di dalam sekte Syi’ah Itsna Asyariyah dikenal konsep
UsulAd-Din. Konsep ini terjadiakar atau fondasi pragmatisme
agama. Konsep usuluddin mempunyai lima akar.
a. Tauhid
(The Devine Unity)
Tuhan adalah Esa baik esensi maupun eksistensi-Nya.
Keesaan Tuhan adalah mutlak. Ia bereksistensi dengan sendirinyasebelum ada
ruang dan waktu. Ruang dan waktu diciptakan oleh tuhan. Tuhan maha tahu,maha
mendengar,selalu hidup,mengerti tidak murakkab (tersusun). Tuhan tidak membutuhkan
sesuatu. Ia berdiri sendiri,tidak dibatasioleh ciptaan-Nya. Tuhan tidak
dapat dilihat dengan mata biasa.
b. Keadilan
(The Devine Justice)
Tuhan menciptakan kebaikan di dalam semesta ini
merupakan keadilan. Ia tidak pernah menghiasi ciptaan-Nya dengan ketidakadailan.
Karena ketidakadilan dan kelaliman terhadap yang lain merupakan tanda kebodohan
dan ketidak mampuandan sifat ini jauh dari keabsolutan dan kehendak tuhan.Tuhan
memberikan akal kepada manusia untuk mengetahui pekara yang benar atau salah
melalui perasaan. Manusia dsapat menggunakan penglihatan, pendengaran, dan
indra lainya untuk melakukan perbuatan, baik perbuatan baiak maupun perbuatan
buruk.jadi, manuasia dapat mamanfatkan potensi berkehandak sebagaianugrah
tuhan untuk mewujudkan dan bertangguang jawab atas perbuatannya.
c. Nubuwwah
(Apostleship)
Setiap makhluk sekalipun telah diberi insting, masih
membutuhkan petunjuk, baik petunjuk dari tuhan maupun dari manuasia. Rosul
merupakan petunjuk hakiki utusan Tuhan yang secara transenden diutus untuk membrikan
acuan dalam membedakan antara yang baiak dan yang buruk di alam semesta. Dalam
keyakinan Syi’ah itsna Asyariyah, tuhan telah mengutus 124.000 rasul untuk
memberikan petunjuk kepada manusia. Syi’ahn Itsna Asyariyah percaya mutlak
tentang ajaran tauhid dengan kerasulan sejak adam hingga Muhammad. Mereka
percaya adanya kiamat. Kemurnian dan keaslian Al-Qur’an jauh dari tahrif
perubahan, atau tambahan.
d. Ma’ad
(The Last Day)
Ma’ad adalah hari akhir (kiamat) untuk menghadap
pengadilan atuhan di akhirat. Seriap muslim harus yakin akan keberadaan kiamat
dan kehidupan suci setelah dinyatakan bersih dan lurus dalam pengadilan Tuhan.
Mati adalah periode transit dari kehidipan dunia nemuju ke akhirat.
e. Imamah
(The Devine Guidance)
Imamah adalah institusi yang di inagurasikan tuhan
untuk memberikan petunjuk manusia yang di pilih dari keturunan ibrahim dan di
delegasikan kepada keturunan muhammad sebagai nabi dan rosul terakhir.
Selanjutnya,
dalam sisi yang yang bersifat mahdah, Syi’ah isna asyariyah berpijak kepada
delapan cabang agama yang di sebut dengan furu ad-din delapan cabang tersebut
terdiri atas shalat, puasa, haji, zakat, khumus, atau pajak sebesar seperlima
dari penghasilan, jihad al-amri bi al-ma’ruf dan an-nahyu an-munkar.
B. Syi’ah
Sab’iyah (Syi’ah Tujuh)
Asal Usul Penyebutan Syi’ah Sab’iyah
Istilah Syi’ah sab’iyah (syiah tujuh) di analogikan
dengan Syi’ah Itsna asyariyah . Istilah itu memberikan pengertian bahwa sekte
Syi’ah Sabi’yah hanya mengakui tujuh Imam, yaitu Ali, Hasan, husein, Ali Zainal
Abidin, Muhammad Al-Baqir, ja’far As-Shodiq, dan Ismail bin ja’far. Karena
dinisbatkan pada ismail bin Ja’far As-Shadiq, syiah sab’iyah disebut juga Syiah
Ismailiyah.
Berbeda dengan Syi’ah Itsna Asyariyah, Syi’ah istna
asyariyah membatalkan ismail bin ja’far sebagai imam ketujuh karena memiliki
kebiasaan tak terpuji dan dia wafat mendahului bapaknya,ja’far. Sebagai
penggantinya adalah Musa Al-Kadzim, adik Ismail. Syiah sab’iyah menolak
pembatalan tersebut berdasarkan sistem pengangkatan imam dalam syi’ah dan menganggap
Ismail sebagai Imam ketujuh, dan sepeninggalnya diganti oleh putranya yang
tertua yang bernama Muhammad bin Ismail.
1.
Doktrin Imamah dalam Syi’ah Sab’iyah
Para pengikut Syi’ah sab’iyah percaya bahwa islam
dibangun oleh tujuh pilar seperti dijelaskan Al-Qadhi Anu’man dalam Da’im Al
Islam. Tujuh pilar tersebut adalah Iman, Thoharah, Salat, zakat, saum, haji,
dan jihad.Berkaitan deengan pilar pertama, yaitu Iman Qadhi An-nu’man
merincinya sebagai berikut:
Iman kepada Allah, tiada tuhan selain Allah dan
Muhammadutusan Allah, iman kepada surga, iman kepada neraka, iman kepada hari
kebangkitan, iman kepada hari pengadilan, iman kepada nabi dan rasul Allah,iman
kepada imam, percaya, mengetahui, dan membenarkan para imam zaman.
Tentang imam zaman, Syi’ah Sabi’yah
mendasarkan pada sebuah hadits Nabi SAW yang terjemahan bahasa inggrisnya
sebagai berikut ini, “ he who dies without knowing of time when still alive
dies in ignorance “ (Ia telah wafat dan waktu kewafatannya masih belum
diketahui sampai kini). Hadits seperti ini juga terdapat dalam sekte sunni dan
Syiah itsna Asyariyah, Tetapi dalm hadis kedua sekte ini tidak dicantumkan imam
zaman.
Dalam pandngan Syi’ah Sabi’yah, Keimanan hanya bisa
diterima apabila sesuai dengan keyakinan mereka, yakni melalui wilayah
(kesetiaan) kepada imam zaman. Imam adalah seseorang yang yang menuntun umatnya
kepada pengetahuan (ma’rifat).
Syarat
– syarat imam dalam pandangan Syi’ah Sab’iyah adalah sebagai berikut :
a.
Imam harus berasal dari keturunan Ali
melalui perkawinannya dengan Fatimah yang kemudian dikenal dengan Ahlul
bait.
b.
Berbeda dengan aliran Kasaniah, pengikut
Mukhtar Ats-tsaqafi, mempropagandakan bahwa keimanan harus dari keturunan Ali
melalui pernikahannya dengan seorang wanita dari bani hanifah dan mempunyai
anak yang bernama Muhammad bin Al-hHanafiiyah.
c.
Imam harus berdasrkan penunjukan atau
nas. Syi’ah sab’iyah meyakini bahwa setelah Nabi wafat, Ali menjadi Imam
berdasarkan penunjukan khusus dari Nabi sebelum beliau wafat. Suksesi keimanan
menurut doktrin dan tradisi syi’ah harus berdasarkan nas oleh imam terdahulu.
d.
Keimanan jatuh pada anak tertua .Syi’ah
sab’iyah menggariskan bahwa seorang beriman memperoleh keimanan dengan jalan
wiratsah (heredity). Jadi, ayahnya yang menjadi iman menunjuk anak nya yang
paling tua.
e.
Imam harus maksum (immunity fromm sin an
error). Sebagaimana sekte Syi’ah lainnya, Syi’ah sab’iyah menggariskan bahwa
seorang iman harus terjaga dari salah satu dosa. Bahkan lebih dari itu, Syi’ah
Sab’iyah berpendapat bahwa meskipun iman berbuat salah, perbuatannyatidak
salah.
f.
Imam harus dijabat oleh seorang yang
paling baik (best of man). Berbeda dengan Zaidah, Syi’ah Sab’iyah dan Syi’ah
Dua belas tidak membolehkan imam mafdul, dalam pandangan Syi’ah
Sab’iyah,perbuatan dan ucapan iman tidak boleh bartentangan dengan syari’at.
Sifat dan kekuasaan seorang sama dengan nabi, perbedaan nya terletak pada
kenyataan nya bahwa nabi mendapatkan wahyu, sedangkan imam tidak
mendapatkannya.
2.
Ajaran Syi’ah Sab’iyah Lainnya
Ajaran Sab’iyah lainnya pada dasarnya sama
dengan ajaran sekte-sekte Syi’ah lainnya. Perbedaan nya terletak pada konsep
kemaksuman iman, adanya aspek batin pada setiap yang lahir, dan
penolakannya terhadap Al-Mahdi Al-Muntadzar bila dibandingkan dengan sekta
Syi’ah lainnya, sab’iyah sangat ekstrim dalam menjelaskan kemaksuman
iamm.Sebagaiman telah daijelaskan, kelompok ini menjelaskan bahwa imam walaupun
melakukan kesalahan dan menyimpang dari syariat, ia tidaklah menyimpangkarena
menpunyai pengetahuan yang tidak dimiliki manusia biasa. Konsep kemaksuman imam
seperi itu merupakan konsekuensi logis dari dotrin Sab’iyah tentang pengetahuan
imam akan ilmu batin.
Ada satu sekte dalam Sab’iyah yang berpendapat bahwa
tuhan mengambil tempat dalam diri imam. Oleh karena itu, imam harus disembah.
Salah seorang khalifah Dinasti Fatimiyah, Al-hakim bin Amrillah, berkeyakinan
bahwa dalam dirinya terdapat tuhan sehingga ia memaksa rakyat untuk
menyembahnya.
Menurut Sab’iyah, Al-qur’an memiliki nmakna batin
selain makna lahir. Dikatakan bahwa segi-segi lahir atau tersurat dari syariat
itu diperuntukan bagi orang awam yang kecerdasannya terbatas dan tidak memiliki
kesempurnaan rohani. Bagi orang-orang tertentu, mungkin saja terjadi perubahan
dan peralihan dan bahkan penolakan terhadappelaksanaan syariat tersebut karena
mendasarkan pada yang batin tadi. Yang dimaksud dengan orang-orang tertentu
ialah para imam yang memilki ilmu zahirdan ilmu batin.
Dengan prinsip ta’wil. Sab’iyah menawilkan,
misalnya, ayat Al-Qur’an tentang puasa dengan menahan diri dari menyiarkan
rahasia-rahasia imam; dan ayat Al-Qur’an tentang haji ditakwilkan dengan
mengunjungi imam bahkan , diantara mereka ada yang menggugurkan kewajiban
ibadah. Mereka itu adalah orang-orang yang telah mengenal imam dan telah
mengetahui ta’wil (melalui imam).Mengenai sifat Allah, sebagaimana hanya
Mu’tazilah- Sab’iyah meniadakan sifat dari dzat allah. Menurut mereka penetapan
sifat merupakan penyerupaan dengan makhluk.
C. Syi’ah Zaidiyah
Asal-usul Penamaan Zaidiyah
Disebut Zaidiyah karena sekte ini mengakui Zaid
bin Ali sebagai imam kelima, putra imam keempat , Ali Zainal Abidin. Sekte ini
berbeda dengam Syi’ah lain yang menganggap Muhammad Al-Baqir, putra Zainal
Abidin yang lain, sebagai imam kelima. Syi’ah Zaidiyah ini sangatlah moderat.
Abu Zahrah menyatakan bahwa sekte ini merupakan yang paling dekat dengan Sunni.
1. Doktrin Imamah menurut Syiah Zaidiyah
Imamah, sebagaimana telah disebutkan, merupakan
doktrin fundamental dalam Syiah secara umum. Berbeda dengan pengembangan imamah
dengan syiah lain, Zaidiyyah lebih tipikal, mereka menolak seorang imam pewaris
Nabi SAW. telahditentukan nama dan orangnya oleh nabi, tetapi hanya
sifat-sifatnya saja. Ini jelas berbeda dengan syiah lain yang menunjuk Ali
sebagai imam yang pantas setelah Nabi wafat jarena Ali memiliki sifat-sifat
yang tidak dimiliki oleh orang lain, seperti keturunan Bani Hasyim, wara(saleh,
menjauhkan diri dari segala dosa), bertamwa, baik, dan membaur dengan
rakyat untuk mengalak mereka hingga mengakuinya sebagai imam.
Menurut Zaidiyah, paling tidak seorang ima harus
bercirikan. Pertama, ia merupakan keturunanahl- al-bait,
baik keturunan Hasan maupun Husein, implikasi penolakan mereka terhadap sistem
pewarisan dan nas kepemimpinan. Kedua, memiliki kemampuan
mengangkat senjata sebagai pertahanan diri atau menyerang, implikasi
penolakan Mahdiisme yang merupakan salah satu ciri sekte syiah
lain, baik yang gaib maupun dibawah umur. Bagi mereka penegak kebenarandan
keadilan adalah Mahdi. Ketiga, memiliki kecenderungan
intelektualisme yang dapat dibuktikan melui ide dan karya dalam bidang
keagamaan. Mereka menolak kemaksuman imam.
Dalam sejarahnya Syiah Zaidiyah, krisis keimaman
dalam sekte ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, terdapat beberapa pemimpin
yang memplokramirkan diri sebagai imam. Kedua, tidak seorangpun yang
memplokmamirkan diri atau pantas sebagai imam. Dalam menghadapi pemecahannya,
diantaranya dengan membagi tugas imam kepada dua individu, dalam bidang
politik dan bidang ilmu serta keberagamaan. Syiah Zaidiyah mencita-citakan
pemimpin yang aktif bukan pasif seperti Mahdi yang gaib, menurut mereka imam
tidak hanya memiliki kekuatan rohani tetapi juga bersedia melakukan perlawanan
demi cita-cita suci sehingga dihormati oleh umatnya.
2. Doktrin-doktrin Syiah Zaidiyah Lainnya
Syiah Zaidiyah berpandapat bahwa kekhalifahan
Abu Bakar dan Umar adalah sah menurut sudut pandang islam. mereka tidaklah
merampas kekuasaan dari tangan Ali. Selain itu mereka tidak mengkafirkan
seorang sahabatpun. Mengenai hal ini Zaid sebagaimana dikutip Abu zahrah mengatakan:
“Sesungguhnya
Ali bin Abi Tholib adalah sahabat yang paling utama. Kekhalifahannya diserahkan
kepada Abu Bakar karna mempertimbangkan kemaslahatan dan kaidah agama
yang mereka pelihara, yaitu untuk meredam timbulnya fitnah dan memenangkan
rakyat. Era peperangan yang terjadi pada masa kenabian baru saja berlalu,
pedang Amirul Mukminin Ali masih basah dengan darah orang-orang kafir. Begitu
pula kedengjian suku tertentu untuk memumtut balas belumlah surut. Sedikitpun
hati kita tidaklah pantas untuk cenderung kesitu. Jangan lagi ada leher
yang terputus karena masalah itu. Inilah yang dinamakan krmaslahatan bagi
orang-orang yang mengenal dengan kelemah lembutan dan kasih sayang, juga bagi
orang yang lebih tua dan lebih dahulu memeluk Islam, serta yang dekat dengan
Rasulullah”.
Prinsip inilah yang menurut Abu Zahrah menyebabkan
banyak orang keluar dari Syiah Zaidiyah, implikasinya berkurangnya
pendukung saat peperangan melawan Hisyam bin Abdul Malik.Sekte ini percaya
bahwa orang yang melakukan dosa besar, akan abadi di neraka kecuali orang yang
bertobat dengan sebenar-benar tobat. Dikarenakan Zaid mempunyai
hubungan dengan Washil bin Atha’, bahkan Abu Zahra dan moojan momen mengatakan
bahwa hampir sepenuhnya mengikuti Mu’tazilah dan secara etis bisa dikatakan
mereka anti-Murjiah juga puritan dalam menyikapi tarekat.
Berbeda dengan aliran syiah lain mereka menolak
praktek Nikah Mut’ah dan juga menolak doktrin taqiyah. Meskipun
demikian, dalam bidang ibadah mereka tetap cenderung mengamalkan amalan Syiah
pada umumnya, seperti memberi selingan hayya ala khair al-amal dalam
adzan, takbir sebanyak lima kali dalam sholat jenazah, menolak sahnya mask
al-Khuffain,menolak imam sholat yang tidak sholeh dan menolak binayang
sembelihan bukan muslim.
D. Syi’ah Ghulat
Asal-usul Penamaan Syiah Ghulat
Istlah Ghulat berasal dari
kata ghala-yaghlu-ghuluw artinya bertambah dan
naik.Ghala bi ad-dinartinya memperkuat dan menjadi ekstrim sehingga
melampaui batas. Syiah ghulat adalah klompok pendukung Ali yang memiliki sikap
berlebih-lebihan atau ekstrim. Lebih jauh menurut Abu Zahra adalah kelompok
yang menempatkan Ali pada derjat ketuhanan atau kenabian bahkan lebih dari nabi
Muhammad SAW.
Gelar Ghuluw diberikan karena pendapat yang janggal,
yakni ada beberapa orang yang dianggap tuhan dan juga ada yang dianggap Rasul
setelah Nabi SAW, dan ada jga doktrin ekstrim lainnya seperti tanasukh,
hulul, tasbih,dan ibaha.Pada dasarnya sekte yang dibawa
oleh Abdullah bin Saba’ ini terdapat banyak sekte karena perbedaan prinsip yang
mendasar bagi pengikut, namun prinsip faham ini pada dasarnya dipengaruhi oleh
sistem agama Babilonia Kuno yang ada di Irak, seperti Zoroaster, Yahudi,
Manikam, Mazdakisme.
1.
Doktrin-doktrin
Syiah Ghulat
Mnurut Syahrastani, ada empat doktrin yang membuat
mereka ekstrim, yaitu tanasukh, bada’, raj’ah,dan tasbih.
Moojan momen menambahkannya dengan hulul dan ghayba. Tanasukhadalah
keluarnya roh dari satu jasad dn mengambil tempat pada jasad yang lain, faham
ini diambil dari falsafah Hindu. Bada’ adalah keyakinan
bahwa Allah mengubah kehendaknya dengan perubahan ilmu-NYA, serta dapat
memerintahkan suatu perbuatan kemudian memerintah yang sebaliknya. Raj’ah ada
hubungannya dengan Mahdiyah. Syiah Ghulat mempercayai bahwa imam
Mahdi Al-Muntazhar akan datang kebumi, faham ini merupakan ajaran seluruh
Syiah. Namun, mereka berbeda pendapat siapa yang akan kembali, sebagian
meyakini bahwa yang akan kembali adalah Ali, sedangkan sebagaian lainnya
menyatakan Ja’far As-Shadiq, Muhammad bin Al-Hanafi, bahkan ada yang menyatakan
Mukhtar Ats Tsaqafi.Tasbih artinyamenyerupakan atau mempersamakan.
Syiah Ghulat menyerupakan salah seorang imam mereka dengan tuhan , atau tuhan
dengan makhluk. Hulul artinya Tuhan berada pada setiap tempat,
berbicara dengan semua bahasa, dan ada pada setiap individu manusia. Hululbagi
Ghukat berarti tuhan menjelma dalam diri imam sehingga imam harus
disembah. Ghayba (occultation) artinya menghilangnya Imam
mahdi. Ghayba merupakan kepercayaan Syiah bahwa imam mahdi itu
ada dalam negeri inidan tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
Konsep Ghaybapertama kali dikenalkan oleh Mukhtar Ats Tsaqafi
ketika mempropagandakan Muhammad bin Al-Hanafi sebagai Imam
Mahdi di Kuffah pada tahun 66H/686M.
2.
Syi’ah dan Perkembangannya
Berbicara mengenai syiah ataupun aliran syiah, kita
tidak akan terlepas dengan mengaitkan hal tersebut dengan agama islam. Di
kalangan awam masyarakat islam menganggap syiah adalah eksistensi yang
tidak jelas, tidak diketahui apa hakikatnya, bagaimana berkembang, tidak
melihat bagaimana sejarahnya, dan tidak dapat diprediksi bagaimana di kemudian
hari. Mereka selalu mengaitkan bahwa syiah adalah islam. Padahal islam dan
syiah sangat berbeda sekali, terutama dalam hal aqidahnya. bagaikan minyak dan
air yang tidak mungkin dapat di satukan lagi.
Aliran ini timbul pada masa pemerintahan khalifah
Usman Bin Affan yang di pimpin oleh Abdullah bin Saba’ Al-Himyari.
Abdullah bin Saba’ Al-Himyari dalam memuliakan Ali sangat berlebihan
diamenanamkan doktrin kepada pengikut aliran syiah dengan suatu slogan bahwa
Ali yang berhak menjadi imam (khalifah) dan ia adalah seorang yang ma’shum
(terjaga dari segala dosa). Bahkan dia sampai menuhankan Ali. Hal ini terdengar
oleh Khalifah Ali, akhirnya Khalifah Ali memeranginya dengan membakar para
pengikut aliran syiah, kemudian sebagiannya lari ke Madain.
Pada periode awal hijriah, aliran syiah belum
menjelma menjadi aliran yang solid, namun pada abad ke dua hijriah syiah
mengalami perkembangan yang sangat pesat bahkan mulai menjadi mainstrem
tersendiri. Dan pada periode-periode berikutnya aliran Syiah menjadi semacam
keyakinan yang menjadi trend di kalangan generasi pemuda islam yaitu Syiah
mengklaim menjadi tokoh pembaharu Islam, namun banyak dari pemikiran dan
prinsip dasar keyakinan ini yang tidak sejalan dengan Islam itu sendiri.
Gerakan Syiah pertama kali berkembang di iran, rumah
dan kiblat utama Syiah. Namun sejak tahun 1979, persis ketika revolusi Iran
meletus dan negeri ini dipimpin oleh Ayatullah Khomeini dengan cara menumbangkan
rejim Syah Reza Pahlevi, Syiah merembes ke berbagai penjuru dunia.
Kelompok-kelompok yang mengarah kepada gerakan Syi’ah seperti yang terjadi di
Iran, marak dan muncul di mana-mana.
Dalam menyebarkan paham keagamaannya, Syiah
menggunakan beberapa cara. Diantaranya adalah dengan mengatasnamakan dirinya
dengan Madhzab Ahlul Bait. Dengan tampilan ini, aliran Syiah lebih leluasa
dalam menggait dan menyebarkan pahamnya terhadap masyarakat luas yang pada
umumnya adalah masyarakat awam. Cara yang kedua yaitu aliran syiah membuat
doktrin dan ajaran yang disebut dengan “TAQIYA”.Taqiyah adalah konsep Syiah
dimana mereka diperbolehkan memutarbalikkan fakta (berbohong) untuk menutupi
kesesatannya dan mengutarakan sesuatu yang tidak diyakininya. Seorang Syi’ah wajib
bertaqiyah di depan siapa saja, baik orang mukmin yang bukan alirannya maupun
orang kafir atau ketika kalah beradu argumentasi, terancam keselamatannya serta
di saat dalam kondisi minoritas. Dalam keadaan minoritas dan terpojok, para
tokoh Syi’ah memerintahkan untuk meningkatkan taqiyah kepada pengikutnya agar
menyatu dengan kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, berangkat Jum’at di masjidnya
dan tidak menampakkan permusuhan. Inilah kecanggihan dan kemujaraban konsep
taqiyah, sehingga sangat sulit untuk melacak apalagi membendung gerakan mereka.
Para ulama Ahli Sunnah wal Jama’ah berpendapat bahwa
melakukan Taqiyah adalah hukumnya mubah(boleh) sesuai yang terdapat dalam
al-Quran dan as-Sunnah. Mubah disini dapat dikategorikan apabila dalam keadaan
terpaksa dan mengancam keselamatan jiwa. Seperti ketika menghadapi kaum
musrikin demi menjaga keselamatan jiwanya dari siksaan yang akan menimpanya,
atau dipaksa untuk kafir dan taqiyah ini merupakan pilihan terakhir karena
tidak ada jalan lain. Demikianlah doktrin taqiyah yang ditanamkan syiah kepada
para pengikutnya yang telah menyalahi dan menyimpang dari ajaran Allah yang
bersumber pada al-Qur’an dan as-Sunnah.
1. Kesesatan-kesesatan Syiah
Di kalangan Syiah, terkenal klaim 12 Imam atau
sering pula disebut “Ahlul Bait” Rasulullah Muhammad saw; penganutnya mendakwa
hanya dirinya atau golongannya yang mencintai dan mengikuti Ahlul Bait. Klaim
ini tentu saja ampuh dalam mengelabui kaum Ahli Sunnah, yang dalam ajaran
agamanya, diperintahkan untuk mencintai dan menjungjung tinggi Ahlul Bait.
Padahal para imam Ahlul Bait berlepas diri dari tuduhan dan anggapan mereka.
Tokoh-tokoh Ahlul Bait (Alawiyyin) bahkan sangat gigih dalam memerangi faham
Syi’ah, seperti mantan Mufti Kerajaan Johor Bahru, Sayyid Alwi bin Thahir Al-Haddad,
dalam bukunya “Uqud Al-Almas.”
Adapun
beberapa kesesatan Syiah yang telah nyata adalah:
a.
Keyakinan bahwa Imam sesudah Rasulullah
saw. Adalah Ali bin Abi Thalib, sesuai dengan sabda Nabi saw. Karena itu para
Khalifah dituduh merampok kepemimpinan dari tangan Ali bin Abi Thalib r.a.
- Keyakinan
bahwa Imam mereka maksum (terjaga dari salah dan dosa).
- Keyakinan
bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam yang telah wafat akan hidup kembali
sebelum hari kiamat untuk membalas dendam kepada lawan-lawannya, yaitu Abu
Bakar, Umar, Utsman, Aisyah dll.
- Keyakinan
bahwa Ali bin Abi Thalib dan para Imam mengetahui rahasia ghaib, baik yang
lalu maupun yang akan datang. Ini berarti sama dengan menuhankan Ali dan
Imam.
e.
Keyakinan tentang ketuhanan Ali bin Abi
Thalib yang dideklarasikan oleh para pengikut Abdullah bin Saba’ dan akhirnya
mereka dihukum bakar oleh Ali bin Abi Thalib sendiri karena keyakinan tersebut.
f.
Keyakinan mengutamakan Ali bin Abi
Thalib atas Abu Bakar dan Umar bin Khatab. Padahal Ali sendiri mengambil
tindakan hukum cambuk 80 kali terhadap orang yang meyakini kebohongan tersebut.
- Keyakinan
mencaci maki ara sahabat atau sebagian sahabat seperti Utsman bin Affan
(lihat Dirasat fil Ahwaa’ wal Firaq wal Bida’ wa Mauqifus Salaf minhaa,
Dr. Nashir bin Abd. Karim Al Aql, hal.237).
- Pada
abad kedua Hijriah perkembangan keyakinan Syi’ah semakin menjadi-jadi
sebagai aliran yang mempunyai berbagai perangkat keyakinan baku dan terus
berkembang sampai berdirinya dinasti Fathimiyyah di Mesir dan dinasti
Sofawiyyah di Iran. Terakhir aliran tersebut terangkat kembali dengan
revolusi Khomaeni dan dijadikan sebagai aliran resmi negara Iran sejak
1979.
Saat ini figur-figur Syiah begitu terkenal dan
banyak dikagumi oleh generasi muda Islam, karena pemikiran-pemikiran yang lebih
banyak mengutamakan kajian logika dan filsafat. Namun, semua jamaah Sunnah wal
Jamaah di seluruh dunia, sudah bersepakat adanya bahwa Syiah adalah salah satu
gerakan sesat.
BAB
III
PENUTUP
Aliran
Syi’ah merupakan aliran pertama yang muncul di kalangan umat Islam. Aliran ini
dilatarbelakangi oleh pendukung ahlul bait yang tetap menginginkan pengganti
Nabi adalah dari ahlul bait sendiri yaitu Ali bin Abi Thalib. Mereka mempunyai
doktrin sendiri dalam alirannya, salah satunya tentang Imamah. Mereka berpendapat
bahwa pengganti Nabi yang pantas menjadi pemimpin adalah seseorang yang ma’shum(terhindar
dari dosa). Bahkan dalam sekte yang ekstrim yaitu Syi’ah Ghulat,
mereka telah menuhankan Ali. Mereka menganggap bahwa Ali lebih tinggi daripada
Nabi Muhammad SAW.
Dalam
perkembangannya, Syi’ah dianggap aliran sesat. Banyak yang menganggap bahwa
Syi’ah adalah Islam. Hal ini sangat berbeda sekali, karena antara Islam dan
Syi’ah sangat jauh sekali tentang ajaran aqidahnya.
2. Saran
Sangatlah
diperlukan bagi kita untuk mempelajari Aliran syi’ah ini,karena dengan belajar
aliran ini kita bisa mengetahui seluk beluk dari ajaran Syi’ah. Misalnya
tentang tokoh-tokoh Syi’ah. Dan agar kita juga bisa mengambil kekurangan dan
kelebihan dari aliran Syi’ah
DAFTAR
PUSTAKA
M.Ag.,
Anwar, Rosihan, DR; M.Ag., Rozak, Abdul, Drs. 2010. Ilmu Kalam. Bandung:
CV Pustaka Setia.
Abu
Zahrah, Imam Muhammad. 1996. Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam. Jakarta:
Logos Publishing House.
M.Pd.I.,
A. Nasir, K.H. Sahilun. 2010. Pemikiran Kalam(Teologi Islam). Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
like,,matur nwun
BalasHapussemoga Allah memberikan HidayahNya kepada kita semua.
BalasHapus