AKUNTANSI PEMBUBARAN FIRMA
Pembubaran firma (the dissolution of
partnersif) dapat diakibatkan oleh adanya kebangkrutan dalam usaha atau hal-hal
lain yang akhiornya menjadi likuidasi firma.
Menurut the uniform of partnership Act(UPA),
undang- undang persekutuan di amerika serikat , pasal 31 menyebutkan, terdapat
beberapa faktor yang menyebabkan suatu firma di bubarkan yang pada intinya
dapat di klasifikasikan sebagai berikut
1.
Sistem
prekonomian mayarakat atau negara yang tidak mendukung lagi adanya kegiatan
usaha, seperti adanya undang-undang pemerintah sistem monopoli oleh
perusahaan-perusahaan besar lainnya dan sebagainya, yang semuanya itu tidak
memungkinkan lagi suatu firma bertahan hidup.
2.
Adanya
faktor-faktor ekstran yang berada di luar jangkauan menejemen perusahaan
seperti bencana alam, kecelakaan,kebakakaran, dan sejenisnya yang semuanya
tidak memungkinkan lagi suatu firma dapat mempertahankan hidupnya
3.
Adanya
faktor-faktor intern di dalam firma, seperti adanya perselisihan anggota,
kesalahan dalam menejmen, ketidak serasian dalam kerja dan sejenisnya
kesemuanya itu tidak memungkinkan lagi suatu firma mempertahankan hidupnya.
Adapun tahapan akuntansi dalam
pembubaran firma terdiri dari 2 tahapan
1.
Tahapan
realisasi yaitu tahapan pelaksanaan penjualan aktifa-aktifa non kas menjadi kas
(uang tunai) dan
2.
Tahapan
likuidasi yaitu tahapan perlunasan kewajiban-kewajiban atau hutang firma dan di
akhiri dengan pengambilan modal kepada para anggota firma
Untuk tahapan kedua diatas yaitu
tahapan likuidasi dapat menggunakan 2 metode
1.
Likuidasi
dilakukan secara serentak (lump sum likuidation)
2.
Likidasi
dilakukan secara berangsur atau bertahap (instalment likuidation)
3.2.Akuntansi pembubaran firma dengan metode likudasi
dilakukan secara serentak
Pembubaran firma dilakukan secara
serentak di dahului dengan penjualan semua aktifa non kas sampai seluruh aktifa
non kas tersebut dan barulah dilakukan pembagian kas dengan kata lain, bila
likuidasi dilakukan secara serentak, pertama tama harus melalui tahap realisasi
kemudian, setelah terkumpul barulah tahap likuidasi di lakukan. Terdapat
beberapa tata aturan dalam likuidasiyaitu:
1.
Pada saat
realisasi aktifa non kas menjadi kas, apabila terjadi perbedaan antara nilai buku
aktifa non kas dengan nilai realisasi (harga jual) yang dapat mengakibatkan
laba atau rugi realisasi, maka laba atau rugi realisasi tersebut harus
dibagikan kepada para anggota firma sesuai dengan perbandingan laba rugi firma.
Laba rugi tersebut kemudian dicatat kedalam saldo modal masing-masing anggota,
kemudian saldo modal akhir para anggota akan digunakan sebagai dasar
penyelesaian (likuidasi).
2.
Setelah
realisasi aktifa non kas menjadi kas dan semua uang tunai sudah terkumpul, maka
urutan-urutan (UPA pasal 40);
a.
Menyelesaikan
hutang-hutang firma kepada pihak luar(kreditur ekstern)
b.
Menyelesaikan
hutang-hutang firma kepada anggota firma(kreditur intern)
c.
Melakukan
pengambilan modal kepada para anggota.
Contoh:
Berikut ini adlah neraca firma GHI
pada tanggal 31 desember 19X1
Firma GHI
Neraca
Per 31 desember 19X1
Kas........................Rp.
10.000.000,00
Piutang
dagang......Rp. 30.000.000,00
Persediaan..............Rp.
30.000.000,00
Aktifa
tetap............Rp. 40.000.000,00
Jumlah aktifa Rp. 110.000.000,00
|
Hutang dagang.....Rp. 15.000.000,00
Hutang bank.........Rp. 25.000.000,00
Hutang Tn G ........Rp. 10.000.000,00
Modal Tn G..........Rp .20.000.000,00
Modal Tn H..........Rp. 15.000.000,00
Modal Tn I...........Rp. 25.000.000,00
Jumlah pasifa......Rp. 110.000.000,00
|
Tn G , Tn H ,Tn I bersepakat membagi
laba rugi dwengan perbandingan 30%:20%:50% . karena adanya krtidak cocokan
mereka bersepakat untuk melikuidasi firmanya setelah tanggal 1 januari 19X2.
Aktifa-aktifa non kas di realisasikan dengan rinciaan sebagai berikut.
1.
Persediaan
berhasil dijual dengan Rp. 38.000.000,00
2.
Aktiva tetap
berhasil dijual dengan harga Rp. 28.000.000,00
3.
Sedangkan
piutang dagang dapat ditagih sebesar Rp. 27. 500.000,00
Berdasarkan contoh di atas , dapat
dibuat jurnal sesuai dengan urutan-urutan likuidasi firma yang meliputi jurnal
likuidasi yang tampak sebagai berikut
Realisasi Aktiva Non Kas
Keterangan
|
Jurnal
realisasi
|
a.
Realisasi persediaan........................Rp. 38.000.000,00
Nilai
buku persediaan .....................Rp. 30.000.000,00
Laba
realisasi ..................................Rp. 8.000.000,00
Di
bagikan kepada GHI dengan rasio 30%:20%:50%
b.
Realisasi aktiva
Tetap ..............................................Rp.
28.000.000,00
Nilai buku tetap...............................Rp.
40.000.000,00
Rugi realisasi .................................Rp.
12.000.000,00
Dibagikan kepada GHI dengan rasio 30%:20%:50%
c.
Realisasi piutang dagang ...............Rp. 27.500.000,00
Nilai buku piutang dagang ............Rp. 30.000.000,00
Rugi realisasi..................................Rp. 2.500.000,00
Di bagikan kepada GHI dengan rasio 30%:20%:50%
|
a.
Jurnal realisasi prsediaan
Kas................Rp.
38.000.000,00
Persediaan....................Rp.
30.000.000,00
Modal
G ......................Rp. 2.400.000,00
Modal
H ......................Rp. 1.600.000,00
Modal I ........................Rp.
4.000.000,00
b.
Jurnal realisasi aktiva tetap
Kas... ............Rp. 28.000.000,00
Modal G .......Rp 3.600.000,00
Modal H........Rp. 2.400.000,00
Modal I..........Rp .
6.000.000,00
Aktivatetap..................Rp.
40.000.000,00
c.
Jurnal realisasi piutang dagang
Kas................Rp. 27.500.000,00
Modal G........Rp. 750.000,00
Modal H........Rp. 500.000,00
Modal I..........Rp. 1.250.000,00
Piutang dagang ...........Rp.
30.000.000,00
|
Setelah tahap realisasi aktiva non kas
selesai, dihitung dahulu jumlah uang tunai yang ada, yaitu sebesar Rp.
10.000.000,00 ( kas yang ada di dalam nerca ) + Rp. 93.500.000,00( berasl dari
realisasi non kas ) = 103. 500.000.
Selanjutnya uang kas sebesar Rp.
103.500.000,00 ini akan di distribusikan sesuai dengan tata urutan pembagian
melalui tahap likuaidasi dengan jurnal sebagai berikut:
Keterangan
|
Jurnal
likuidasi
|
a.
Menyelesaikan hutang kepada pihak luar berupa
hutang dagang Rp. 15.000.000,00
Dan
hutang bank Rp. 25.000.000,00
b.
Uang kas yang ada Rp. I03.500.000,00
Perlunasan
hutang Rp. 40.000.000,00
Sisa
kas Rp. 63.500.000
Untukl
membayar utang tn G sebesar Rp. 10.000.000,00 ( kreditur intern)
c.
Kas yang ada Rp. 63.500.000,00
Perlunasan
hutang Tn G Rp. 10.000.000,00
Sisa
kas Rp. 53.500.000,00 akan di bagikan kepada GHI sesuai dengan saldo modal
akhirnya( lihat buku besar masing-masing anggota di bawah)
|
a.
Menyelesaikan atau melunasi hutang dagang non bank
Hutang
dagang Rp. 15.000.000,00
Hutang
bank Rp. 25.000.000,00
Kas
Rp. 40.000.000,00
b.
Menyelesaikan ( melunasi hutang Tn G )
Rp.
10.000.000,00
Kas
Rp. 10.000.000,00
c.
Pengembalian modal kepada para anggota :
Modal
Tn.G Rp.18.050.000,00
Modal
Tn. H Rp. 13.700.000,00
Modal
Tn I Rp. 21.750.000,00
Kas
Rp. 53.500.000,00
|
Buku besar modal masing-masing anggota setelah
adanya proses likuidasi firma dapat dilihat di bawah ini:
Modal Tn G
No
|
keterangan
|
Debit(Rp)
|
Kredit(Rp)
|
Saldo(Rp)
|
1.
2.
3.
4.
|
Saldo per 31 desember 19XI
Realisasi persediaan
Realisasi altiva tetap
Realisasi piutang dagang saldo akhir
|
3.600.000,00
750.000,00
|
20.000.000,-
2.400.000,-
|
20.000.000,-
22.400.000,-
18.800.000,-
18.050.000,-
|
Modal Tn H
No
|
keterangan
|
Debit(Rp)
|
Kredit(Rp)
|
Saldo(Rp)
|
1.
2.
3.
4.
|
Saldo per 31 desember 19XI
Realisasi persediaan
Realisasi altiva tetap
Realisasi piutang dagang saldo akhir
|
2.400.000,00
500.000,00
|
15.000.000,-
1.600.000,-
|
15.000.000,-
16.600.000,-
14.200.000,-
13.700.000,-
|
Modal Tn I
No
|
keterangan
|
Debit(Rp)
|
Kredit(Rp)
|
Saldo(Rp)
|
1.
2.
3.
4.
|
Saldo per 31 desember 19XI
Realisasi persediaan
Realisasi altiva tetap
Realisasi piutang dagang saldo akhir
|
6.000.000,00
1.250.000,00
|
25.000.000,-
4.000.000,-
|
25.000.000,-
29.000.000,-
23.000.000,-
21.750.000,-
|
Dalam pembubaran firma dengan menggunakan metode
likuidasi srentak dapat timbul masalah dalam hal pengembalian modal kepada para
anggota
a.
Ada anggota
yang saldo modalnya depisit tetapi mampu membayar. Anggota yang modalnya
depisit harus mengahpuskan depisitnya dengan cara membayar atau menyetorkan
B. Ada anggota saldo modal akhirnya depisit dan
tidak mampu membayar
Apabila ada salah satu anggota firma
stelah tahap realisasi saldo modalnya defisit, maka anggota tersebvut
diwajibkan membayr atau menyetorkan sejumlah uang untuk mengahpus deifisit
tersebut dan selanjutnya uang setorannya beserta sisa kas dan realisasi
dibagikan kepada anggota yang tidak defisit.
Bagaiamana jika
terjadi angggota yang defisit tersebut tidak mampu membayr sejumlah uang untuk
mengahapus defisitnya tersebut.
Apbila terjadi hal demikian, maka yang menanggung defisit tersebut adalah
anggita yang tidak defisit dan dibebankan seuai dengan perbandingan laba-rugi
dengan menggunakan contoh diatas, paabila ternyata tuan I yang mempunya salah
modal akhir defisit sebesar Rp. 15000.000,- tidak mampu utnuk membayar uang
untuk menutup defisit, maka defisit sebesar Rp. 1500.000,- milik tuan G, H
masing – masing sebesar proporsi laba rugi.
Jurnal dan perhitungan utnuk mencatat pembebanan
defisit tuan I adalah sb.
Jurnal untuk mencatat pembeabanan defisit tuan I
kepada tuan G, dan H adalah:
Modal Tn. G..................Rp.
900.000
Modal Tn. H..................Rp.
600.000
Modal
Tn I ..................Rp. 1500.000
Perhitungan
Tn. G :
30/50x 1500.000 = 900.000
Tn. H :
20/50x 1500.000 = 600.000
Jumlah = 1500.000
Jadi jurnal yang harus dibuat untuk
mencatat pengemabalian modal kepada para anggota adalah sebagai berikut :
Modal Tn.
G..........................3200.000
Modal Tn.
H..........................3800.000
Kas
...............................................7000.000
3.3. Pembubaran firma dengan metode
likuidasi dilkukan SECARA berangsur
Kemp dan philp (1989) mengatakan bahwa
metode likuidasi secara berangsur adalah suatu nmetode pembayaran likuidasi
dengan cara berthap artinya setiap ada uang kas dari hasil realisasi aktiva non
kas menjadi kas akan langsung pembayaan kepada anggota yang mempunyai saldo
kredit modalnya.
Ada dua metode pembagian kas yang dapat digunakan
dalam likuidasi yang dilakukan secara bertahap yaitu:
A.
Pembagian
kas tanpa perogram kas
Ini maksudnya adlah
perhitungan pembagian yang ada dari setiap tahap realisasi para anggota setelah
pelunasan hutang-hutan firma.
Adapun prosedur
yang harus dilakukan dalam pembagian kas tanpa program as adalah sebgai berikut
:
a.
Mencatat
realisasi aktiva yang berhasil dijual
b.
Membebankan
laba tau rugi akibat akitva non kas kepada modal masing-masing anggota
c.
Melunasi
hutang-hutang dengan mengguankan uang kas yang ada
d.
Apabila ada
sebagian aktiva non kas yang belum berhasil di jual, maka dianggap suatu
kerugian tersebut kepada para anggota
e.
Membagikan
kas yang ada sebagai pengembalian modal kepada anggota-anggota yang mempuanyai
rekening modal bersaldo kredit.
Contoh
Berikut ini adalah neraca Fa PQRS seblum likuidasi
per 31 desember 19XI
Aktiva
Kas.............................Rp.
80.000.000
Piutang........................
20.000.000
Persediaan...................
200.000.000
Aktiva tetap................
700.000.000
|
Hutang dan modal
Hutang dagang.............Rp. 25.000.000
Hutang tn. P..................
75.000.000
Hutang tn. R..................
50.000.000
Hutang tn. Q..................
200.000.000
Modal p (30%)................
175.000.000
Modal q (20%).................
215.000.000
Modal s (325%)...............
260.000.000
|
Aktiva 1000.000.000
|
Pasiva 1000.000.000
|
Likuidasi firma dilakuka secara berangsur yang
terdiri dari tahapan sebagai berikut:
Januari
-
Piutang
berhasil ditagih sebesar RP. 15.000.000
Aktiva
tetap yang harga pokoknua Rp. 250.000.000
Berhasil
dijual seharga Rp. 275.000.000
Maret
-
Persediaan
yang harga pokoknya Rp. 180.000.000
Laku
dijual seharaga Rp. 220.000.000
Mei
-
Sisa
persidaan yang belum tertagih dihapuskan
-
Piutan yang
belum tertagih dihapuskan
-
Sisa aktiva
tetap laku dijual seharaga Rp. 390.000.000
Berdasarkan
contoh diatas dapat dibuat jurnal likuidasi fa. PQRA besrta perhitungan dengan
menggunakan metode likuidasi berangsur sebagai berikut
1.
Likuidasi
tahap 1 (bulan januari 19XI)
a.
Ralisasi
piutang.....................................Rp. 15.000.000
Realisasi
aktiva tetap............................
275.000.000
Jumlah
aktiva tetap ...................................290.000.000
Laba
realisasi aktiva tetap
Rp.
275.000.000 - 250.000.000 = 25.000.000 dibagikan kepada
Tn.
P = 30% X Rp. 25.000.000 = 7.500.000
Tn.
Q = 20% X Rp. 25.000.000 = 5.000.000
Tn.
R = 25% X Rp. 25.000.000 = 6.250.000
Tn.
S = 25% X Rp. 25.000.000 = 6.250.000
JUMLAH = 25.000.000
Jurnal
realisasi tahap i
Kas Rp. 290.000.000
Piutang dagang Rp. 15.000.000
Aktiva tetap 250.000.000
Modal P 7.500.000
Modal Q 5.000.000
Modal R 6.250.000
Modal S 6.250.000
b.
Selanjutnya
diadakan peluansan hutang-hutang firma dengan jurnal sebagai berikut
Hutang
dagang Rp. 25.000.000
Hutan
Tn P 75.000.000
Hutang
Tn Q 50.000.000
Kas Rp.
150.000.000
c.
Membebani
aktiva non kas yagn belum terjual danggap sebagai kerugian dengan perhitngan
sebagai berikut
Jumlah aktiva non kas yang ada Rp. 920.000.000
Yang telah direalisasikan 260.000.000
Aktiva non kas yang belum terjal/
realisasi 655.000.000
d.
Membagikan
kas yang ada kepad anggota yang rekening modalnya bersaldo kredit dengan
perhitungan sebagai berikut
Jumlah
Kas Rp . 80.000.000
Kas
dari reaslisasi 290.000.000
Kas
yang tersedia pada tahap I 370.000.000
Pelunasan
firma 150.000.000
Sisa
kas yang dibagikan hutang firma 220.000.000
Jurnal
pembagian kas pada tahap i adalah
Modal
tn p Rp. 11.000.000
Modal
tn Q 49.000.000
Modal
tn R 57.500.000
Modal
tn S 102.500.000
Kas Rp.
220.000.000
B.
Pembagian
kas dengan program kas
Prosedur
yang harus ditempuh untuk likuidasi beraangsur dengan mengguankan program kas
ini adalah sebgai berikut
a.
Menghitung
kempauan untuk menanggung rugi maksimum masing-masing anggita firma
b.
Menysun urutan prioritas pembayaran kas kepada para
anggota
c.
Membuat
pogram pembayaran kas
d.
Melakasankana
pembagian kas atau likuidasi sesuai dengan tata urutan yang berlaku dan program
kas yang telah tersusun.
a.
Menghitung
kemampuan untuk menanggung rugi maksimum (KMRM) masing – masing anggota .
Kemampuan untuk menanggung
rugi maksimum masing –masing anggota dapat dihitung dengan cara menghitung
jumlah kekayaan yang tertanam (investasi) dalam firma dibagi dengan rasio
perbandingan laba-rugi . jumlah investasi dalam firma meliputi jumlah saldo
modal di tambah piutang anggota (bila ada) dan dikurangi jumlah hutang anggota
(bila ada).
Tabel beikut ini akan memperlihatkan
perhitungan kemampuan untuk menanggung rugi maksimum masing-masing anggota:
Keterangan
|
Modal Tn. Andi(Rp)
|
Modal Ny. Ari (Rp)
|
Modal
Nn. Afni
|
Saldo
modal
Jumlah investasi dibagi: rasio/ laba rugi.
Kemampuan untuk menanggung rugi maksimum
|
250.000.000,00
-
250.000.000,00
20%
1.250.000.000,00
|
300.000.000,00
-
300.000.000,00
40%
750.000.000,00
|
300.000.000,00
50.000.000,00
350.000.000,00
40%
875.000.000,00
|
b.
Menyusun
urutan prioritas pembayaran kas kepada anggota
Prioritas pembayaran kas
kepada anggota di buat berdasarkan hasil perhitungan kemampuan untuk menanggung
rugi maksimum dengan urutan yang paling besar kapasitas sebagai prioritas
pertama kemudian diikti oleh kapasitas kemampuan rugi maksimum yang berada di bawahnya
.
Berdasarkan pada
perhitungan kemampuan menanggung rugi maksimum diatas , maka urutan pembayaran
kas dapat di susun sebagai berikut :
Nama anggota
|
Jumlah kemampuan menanggung rugi maksimum
|
Urutan
prioritas
|
Tn. andi
Ny. Ari
Nn. Afni
|
Rp. 1.250.000.000,00
Rp. 750.000.000,00
Rp. 875.000.000,00
|
1
3
2
|
c.
Membuat
program pembayaran kas
Program pembayaran kasdigunakan untuk menentukan
berapa besar prioritas pembayaran yang akan di berikan kepada masing-masing anggota
sesuai dengan urutan prioritas pembayaran.
Besarnya hak untuk
menerima prioritas pembayaran terlebih dahulu milik seorang anggota tergantung
pada kelebihan kemampuan menanggung rugi maksimum anggota tersebut di atas
anggota yang lain. Dalam hal ini penentuan besarnya prioritas pembayaran kas
dihitung dengan cara rasio pembagian laba rugi anggota tersebut di kalikan
kelebihan kemampuan menanggung rugi maksimum milknya di atas anggota yang lain
yang ada pada prioritas ke 2 dan seterusnya.
d.melaksanakan
pembagian kas dengan program kas
pembagian kas di awali dengan melakukan realisasi
aktiva non kas menjadi kas, kemudian barulah di adakan likuidasi.
Apabila
di rangkum pembayaran kas kepada masing-masing anggota akan
3.4
KESIMPULAN
1.
akuntansi pembubaran firma dapat di terapkan dengan menggunakan 2 metode
likuidasi yaitu (a). Metode likuidasi secara serentak , dan (b). Metode
likuidasi secara berangsur atau bertahap . pada dasarnya tidak ada perbedaan
pada hasil akhir likuidasi firma,baik menggunakan metode serantak maupun
betahap. Kedua metode tersebut akan memberikan jumlah yang sama dalam
pengembalian modal kepada masing-masing anggota .
2.
penggunaan metode likuidasi yang di lakukan secara serentak dapat di laksanakan
apabila realisasi aktiva non kas menjadi kas tidak memerlukan waktu yang lama
dan aktiva non – kas dapat di pastikan akan laku di jual , sehingga pembayaran
kas menunggu sampai terkunpulnya semua kas dari hasil realisasi.
3. sedangkan penggunaan metode likuidasi
dilakukan secara berangsur dapat dilaksanakan apabola di perkirakan realisasi
aktiva non kas menjadi kas memerlukan waktu yang lama dan kemungkina aktiva
non-kas dapat dijual atau di tagih sangat kecil sehingga pembayaran kas
langsung di laksanaka pada setiap tahap realisasi .
4.
tata urutan dalam pembagian kas pada tahaplikuidasi firma adalah :
·
Menyelesaikan
kewajiban – kewajiban firma kepada pihak luar (kreditur ekstrn)
·
Menyelesaikan
kewajiban-kewajiban firma kepada pihak dalam atau hutang pada anggota (kreditur
intern)
·
Pembagian kas
kepada para anggota yang rekeing modalnya bersaldo kredit .
Pelu di ketahui bahwa apabila ada
salah satuatau beberapa anggota mempunyai rekeningmodal yang bersaldo debit
(defisit) , maka anggota yang defisit tersebut harus menyetor kas kepada fima
sejumlah defisit sehingga saldo modalnya nihil.
5. likuidasi berangsur tanpa program kas
tidak memerlukan adanya
perencanaan
prioritas pembayaran artinya tidak ada anggota yang di dahulukan dalam
penermaan pengembalian modal sehingga apabila ada kas yang di terima dari hasil
realisasiakan langsung di bagikan kepada para anggota secara bersama- sama
sesuai dengan perbandingan pembagian lba rugi.
6.
sedangkan untuk likuidasi berabgsur dengan program kas sudah
dapat
diketahuilebih dahulu siapa anggota yang akan mendapatkan pembayaran pertamkali
dan berapa jumlahnya. Hal ini dapat dilakukan karena sebelum realisasi
dilakukan sudah di susun terlebih dahulu program kas yang memuat prioritas
pembayaan kepada anggota beserta jumlah prioritas pembayarannya .setelah
realisasi di lakukan kas akan langsung di bagikan kepada para anggota, sesuai
urutan pioritas atau rangking pembayaran yang telah di buat sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar