ABDUSSALAM
SEJARAH BERDIRINYA BAITUTTAMKIN
LUMBUNG BERSAING
Baitut
Tamkin merupakan metode pemberdayaan ekonomi masyarakat berbasis syariah yang
mengadopsi sistem Grameen Bank yang dikembangkan oleh Prof. Dr. Mohammad Yunus
di Bangladesh. Baitut Tamkin dikembangkan baru di dua provinsi yakni Jawa Barat
tepatnya di Bogor dan di Provinsi NTB di 3 kabupaten di Lombok Barat, Lombok
Timur dan Kabupaten Sumbawa Barat. Baitut Tamkin (BT) memiliki fungsi sebagai
lembaga pemberdayaan juga sekaligus sebagai lembaga keuangan. Sebagai lembaga
pemberdayaan BT terus berikhtiar membuat masyarakat berdaya dan memiliki
kemandirian di segala bidang, tidak hanya ekonomi saja melainkan juga bidang
yang lainnya seperti pendidikan, sosial, keagamaan, lingkungan dan sebagainya.
Baitut Tamkin
Lumbung Bersaing ( BTLB ) adalah salah satu lembaga keuangan mikro syariah yang
merupakan bagian dari keluarga besar Tazkia Group dibawah koordinasi Tazkia Micri Finance Center yang berdomisli di
Sentul Jawa Barat. Bait berarti rumah, sedang Tamkin sendiri adalah kata yang
berasal dari bahasa Arab dengan akar kata “makana”. Dalam Al-Qur’an surat.
Al-Hajj ayat 41 yang bermakna menggunakan atau memberdayakan. Sehingga secara
bahasa, Tamkin berarti yang di berdayakan. Sedangkan lumbung merupakan simbol
yang didalamnya ada kebaikan, ada hasil, ada Produksi, komuditas dan hal-hal
berupa kebaikan dan kata bersaing ini merupakan kata yang mengadopsi Dari
provinsi NTB, beriman dan berdaya saing. Maka Lumbung bersaing adalah program
yang di harapakan bisa memberdayakan masyarakat menjadi masyarakat yang baik,
berahlak mulia, produktif dan bisa memenuhi kebutuhannya dengan sumberdaya yang
ada padanya. Dan adapun pengertian
Baitut Tamkin Lumbung Bersaing secara sempurna adalah rumah pengelolaan
harta dan tempat pemberdayaan ekonomi ummat untuk mencapai kebaikan dan
kesejahteraan.
Awal sejarah
adanya program BTLB di Nusa Tenggara Barat, berkaiatan dan diperankan langsung
oleh Bapak Gubernur NTB Tuan Guru Bajang, dimana sekitar 4 tahun yang lalu.
Beliau pernah Pergi jalan jalan ke Jawa barat tepatnya di kota Bogor, dan
disana beliau melihat sekelompok ibu ibu sedang duduk sambil membaca asma-ul
Husna dan menghitung uang serta kegiatan keuangan lainnya, yang dimana ibu-ibu
tersebut merupakan anggota majlis dari Baituttamkin Tazkia Madani, karena awal
Praktik operasional dari sistem Baituttamkin berada di Jawa Barat, sehingga
dengan kejadian tersebut Bapak Gubernur ingin bertemu dengan pimpinan di
Tazkia, yaitu Bapak Dr. Muhammad Syafi’i Antonio, M.EC., untuk melihat dan sekaligus
mewawancara kegiatan dari Program yang di adakan oleh Baituttamkin, dimana
program ini bertujuan untuk pengentasan kemiskinan/meminimalisir kemiskinan dan
pemberdayaan ummat baik dari karakter maupun dari ekonomi dengan menggunakan
pendekatan keuangan mikro dan orientasi program ini selaras dengan agenda
prioritas provinsi NTB yaitu mengurangi tingkat kemiskinan.
Setelah
Bapak Gubernur mengadakan pertemuan dan melihat secara langsung perkembangan
dari hasil nyata dari program tersebut, maka beliau sangat tertarik dan meminta
kepada Bapak Syafi’i agar program baituttamkin juga bisa di adakan di NTB dan
Bapak Syafi’i menyetujuinya. Dengan Komando Bapak Syafi’i, dari yayasan Tazkia
Micro Finance Center (TMFC) Bogor yang beralamat di Sentul City langsung datang
ke NTB untuk awalnya melakukan perekrutan sumber daya pengelola yang akan
langsung menjalankan program ini dan yang di rekrut adalah putra daerah NTB
sendiri. Pada waktu itu yang mendaftar sekitar dua ratusan orang yang berasal
dari Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Sumbawa Barat karena sebagai Pilot
Project di NTB dimulai dari dua kabupaten tersebut dan berikutnya kan di lanjuk
ke kabupaten kabupaten lain di Nusa Tenggara Barat.
Kemudian
dari dua ratusan orang tersebut, yang di ambil hanya dua puluh delapan orang
untuk mengikuti pelatihan dasar di Selong selama sepuluh hari. Prosesnya belum
selesai, dari dua puluh delapan orang yang mengikuti pelatihan, dilanjutkan
seleksi lagi menjadi dua puluh orang kemudia mereka dibawa ke Bogor mengikuti
pelatihan lanjutan sekaligus magang disana. Seperti inilah penggemblengan mulai
dari perekrutan sumber daya pengelolanya, mereka di gembleng mental dan
ibadahnya dan hasilnya yang dua puluh orang inilah yang sementara ini terbaik
sebagai partner untuk mengelola dan menjalankan Program ini.
Pada
akhirnya sekitar tahun 2011 program itu bisa beroprasi di NTB. Yakni pada
awalnya BTLB ada di dua kabupaten di NTB, yaitu kabupaten Lombok Timur tepatnya
berada di kecamatan Aikmel dan kabupaten Sumbawa Besar yang berada di kecamatan
Taliwang. Saat itu di Lombok Timur mampu mendapatkan 695 orang yang menjadi
anggota dan di KSB sebanyak 494 anggota. Selanjutya pada tahun 2012, BTLB
kembali membuka cabang di kabupaten Lombok Barat yang tepatnya berada di
kecamatan Kediri. Tahun 2013 BTLB unit Sumbawa Barat membuka kran Kerjasama
dengan PT. Newmont Nusa Tenggara (NNT) melalui CSR nya mampu menambah 500
anggota baru. Pada tahun yang sama, atas komitmen pemda Lombok Timur, kecamatan
wanasaba dibuka untuk menjalankan Program BTLB cabang Lotim memiliki sekitar
1.600 anggota.
Program ini
bukan merupakan program yang asing melainkan program ini sudah ada di 124
negara dalam kurun waktu tidak kurang dari 36 tahun. Bahkan pada tahun 2006
lalu Prof. Muhammad Yunus dari Banglades, mendapatkan nobel perdamaian dunia
dari badan PBB karena eksistensinya memotori program pembangunan ekonomi mikro
syariah berbasis komunitas seperti apa yang akan di terapakan di BTLB. Dan
program ini sudah memiliki 120 ribu binaan yang terbesar di 18 provinsi di
Indonesia, mulai dari provinsi Aceh sampai provinsi Maluku. Dengan demikian
program Baituttamkin setiap tahun semakin bertambah dan berkembang serta sangat
diminati oleh setiap lapisan masyarakat bahkan setiap angota yang sudah ikut
sebagai anggota berani berjanji sampai akhir hayatnya tidak akan berhenti untuk
ikut sebagai anggota BTLB.
CATATAN PKL 2016
Oleh
ABDUSALAM
FAKULTAS SYARIAH
PRODI EKONOMI SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI NW PANCOR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar