RESUME
METODOLOGI STUDI ISLAM
MANUSIA DAN KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA
KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA,FUNGSI AGAMA DAN RASA INGIN TAHU
MANUSIA TENTANG SEGALA SESUATU YANG ADA
OLEH
ABDUSSALAM
FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
INSTITUT AGMA ISLAM HAMZANWADI PANCOR
TAHUN 2013
MANUSIA DAN KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA
KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP AGAMA,FUNGSI AGAMA DAN RASA INGIN TAHU
MANUSIA TENTANG SEGALA SESUATU YANG ADA
A.
KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP
AGAMA
Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar
dirinya. Ini dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah,
dan berbagai bencana. Ia mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang
serba maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan itu. Naluriah ini
membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya.
Dari sini dapat dinyatakan bahwa setiap umat yang ada di atas
permukaan bumi, yaitu sejak manusia itu hidup tidak bisa lepas dari akidah dan
agama. Demikianlah sebagaimana yang dinyatakan Allah dalam firman-Nya.
Artinya: “Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. dan tidak ada suatu
umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan”. (Fathir: 24)
Yang dimaksud dengan kebenaran
di sini ialah agama tauhid dan hukum-hukumnya.
Yang
dimaksud dengan pemberi peringatan adalah seorang nabi, rasul, atau seorang
yang alim yang mewarisi ilmu-ilmu para nabi. Ia memberi peringatan kepada semua
umat tentang akibat kekufurannya kepada Allah, kepada kitab-kitab-Nya,
rasul-rasul-Nya, syariat-syariat-Nya, dan mengancam mereka dari bahaya syirik
kepada Tuhan, berbuat maksiat kepada-Nya, kepada rasul-rasul-Nya, dan apa yang
menyertainya, yaitu penyimpangan perilaku berupa kezhaliman, kejahatan dan
kerusakan
- Pengertian Manusia
Manusia adalah makhluk hidup yang berbadan tegak, yang kulitnya
tampak (tidak tertutup bulu), tampak kulitnya, mempunyai akal, pemikiran,
akhlak yang utama emosi yang selalu berubah-ubah, perasaan yang benar, daya
nalar yang sehat, serta perkataan yang fasih dan jelas.
Allah memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian menciptakan
keturunannya dari sari pati air yang hina (air mani). Dia menciptakan Adam,
manusia pertama dari tanah dengan tangan-Nya dan meniupkan roh (ciptaan)-Nya,
lalu darinya Dia ciptakan Istrinya, Hawa. Dia ajarkan kepadanya nama-nama, lalu
menyuruh malaikat agar bersujud kepadanya, maka mereka semua bersujud kecuali
Iblis yang menolak. Dia melarangnya untuk makan dari satu pohon, lalu dia lupa
dan memakannya, maka, dia telah berbuat maksiat dan durhaka karenanya. Lalu dia
menerima beberapa kalimat dari Allah dan mengucapkannya, maka Allah menerima
taubatnya, kemudian menurunkannya ke bumi sebagai khalifah setelah sebelumnya
Dia mempersiapkan bumi itu baginya, dan menyediakan segala apa yang ada di bumi
untuk memenuhi kebutuhannya.
Itulah manusia dalam keyakinan kita. Dan keyakinan kita tentang
manusia ini bersumber dari wahyu langit, yang tidak ada jalan untuk
membandingkan, meneliti atau mencari dalil tentangnya, karena hal seperti itu
tidak bisa diketahui tanpa wahyu.Allah berfirman tentang penciptaan Adam,
Artinya: Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari
tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk.
(Al-Hijr:26)
Allah juga berfiman tentang penciptaan manusia,
Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang
disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan
segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan
segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami
bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik”. (Al-Mukmin:12-14)
2. Pengertian
Agama
Pengertian agama dari segi bahasa antara lain uraian yang diberikan
Harun Nasution. Menurutnya, dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama,
dikenal pula kata din ( ﻴن د) dari bahasa Arab dan
kata religi dalam bahasa Eropa. Menurutnya, agama berasal dari kata Sanskrit.
Menurut satu pendapat, demikian Harun Nasution mengatakan, kata itu tersusun
dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi agama artinya tidak pergi, tetap
di tempat, diwarisi secara turun-temurun. Hal demikian menunjukkan pada salah
satu sifat agama, yaitu diwarisi secara turun temurun dari generasi ke generasi
lainnya. Selanjutnya ada lagi pendapat yang mengatakan bahwa agama berarti teks
atau kitab suci, dan agama-agama memang mempunyai kitab-kitab suci. Selanjutnya
dikatakan lagi bahwa agama berarti tuntunan. Pengertian ini tampak
menggambarkan salah satu fungsi agama sebagai tuntunan bagi kehidupan manusia.
Pada umumnya, kata “agama” diartikan tidak kacau, yang
secara analitis diuraikan dengan cara memisahkan kata demi kata, yaitu “a”
berarti “tidak” dan “gama” berarti “kacau”. Maksudnya orang yang
memeluk agama dan mengamalkan ajaran-ajarannya dengan sungguh, hidupnya tidak
akan mengalami kekacauan.
Adapun kata religi berasal dari bahasa latin. Harun
Nasution mengatakan, bahwa asal kata religi adalah relegere yang
mengandung arti mengumpulkan dan membaca. Pengertian itu sejalan dengan isi
agama yang mengandung kumpulan cara-cara mengabdi kepada Tuhan yang terkumpul
dalam kitab suci yang harus dibaca. Tetapi menurut pendapat lain, kata itu
berasal dari kata religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaran agama
memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia.
Dari beberapa definisi tersebut, Harun Nasution menyimpulkan bahwa
intisari yang terkandung dalam istilah-istilah di atas ialah ikatan. Agama
memang mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatan
ini mempunyai pengaruh besar sekali terhadap kehidupan sehari-hari manusia.
Satu kekuatan gaib yang tak dapat di tangkap oleh pancaindera.
Adapun pengertian agama dari segi istilah dapat dikemukakan sebagai
berikut. Elizabet K. Nottinghamdalam bukunya Agama dan Masyarakat
berpendapat bahwa agama adalah gejala yang begitu sering terdapat di mana-mana
sehingga sedikit membantu usaha-usaha kita untuk membuat abstraksi ilmiah.
Selanjutnya karena demikian banyaknya definisi tentang agama yang
dikemukakan para ahli, Harun Nasution mengatakan bahwa dapat diberi definisi
sebagai berikut:
1.
Pengakuan terhadap adanya
hubungan manusia dengan kekuatan ghaib yang harus di patuhi;
2.
Pengakuan terhadap adanya
hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang menguasai manusia;
3.
Mengikatkan diri pada suatu
bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar
diri manusia yang mempengaruhi perbuatan-perbuatan manusia;
4.
Kepercayaan pada suatu kekuatan
gaib yang menimbulakan cara hidup tertentu;
5.
Suatu sistem tingkah laku (code
of conduct) yang berasal dari kekuatan gaib;
6.
Pengakuan terhadap adanya
kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib;
7.
Pemujaan terhadap kekuatan gaib
yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius
yang terdapat dalam alam sekitar manusia;
8.
Ajaran yang diwariskan Tuhan
kepada manusia melalui seorang rasul.
Pada semua definisi tersebut di atas, ada satu hal yang menjadi
kesepakatan semua, yaitu kepercayaan akan adanya sesuatu yang agung di luar
alam. Namun, lepas dari semua definisi yang ada di atas maupun definisi lain
yang dikemukakan oleh para pemikir dunia lainnya, kita meyakini bahwa agama
adalah kepercayaan akan adanya Tuhan yang menurunkan wahyu kepada para nabi-Nya
untuk umat manusia demi kebahagiaannya di dunia dan akhirat.
Dari sini, kita bisa menyatakan bahwa agama memiliki tiga bagian
yang tidak terpisah, yaitu akidah (kepercayaan hati), syari’at
(perintah-perintah dan larangan Tuhan) dan akhlak (konsep untuk meningkatkan
sisi rohani manusia untuk dekat kepada-Nya). Meskipun demikian, tidak bisa kita
pungkiri bahwa asas terpenting dari sebuah agama adalah keyakinan akan
adanya Tuhan yang harus disembah.
B.
FUNGSI AGAMA DALAM KEHIDUPAN
Secara terperinci agama memiliki
peranan yang bisa dilihat dari beberapa aspek. Diantaranya adalah aspek
keagamaan (religius), kejiwaan (psikologis), kemasyarakatan (sosiologis), asal
usulnya (antropologis) dan moral (ethics).
·
Dari Aspek Keagamaan (Religius) : Agama menyadarkan manusia,
tentang siapa penciptanya.
·
Secara Asal usul (Antropologis) : Agama memberitahukan kepada
manusia tentang siapa, darimana, dan mau kemana manusia.
·
Dari segi Kemasyatakatan (Sosiologis) : Sarana-sarana keagamaan
sebagai lambang-lambang masyarakat yang kesakralannya bersumber pada kekuatan
yang dinyatakan berlaku oleh seluruh anggota masyarakat. Dan
fungsinya untuk mempertahankan dan memperkuat rasa solidaritas dan kewajiban
sosial.Secara Kejiwaan (Psikologis) : Agama bisa menenteramkan, menenangkan,
dan membahagiakan kehidupan jiwa seseorang.
·
Dan secara Moral (Ethics), agama menunjukkan tata nilai dan norma
yang baik dan buruk, dan mendorong manusia berperilaku baik (akhlaq mahmudah)
C.
RASA INGIN TAHU MANUSIA (Human Quest for
Knowledge)
Manusia
lahir tanpa mengetahui sesuatu ketika itu yang diketahuinya hanya ”saya tidak
tahu”. Tapi kemudian dengan panca indra, akal, dan jiwanya sedikit demi sedikit
pengetahuannya bertambah, dengan coba-coba (trial and error), pengamatan,
pemikiran yang logis dan pengalamannya ia menemukan pengetahuan. Namun demikian
keterbatasan panca indra dan akal menjadikan sebagian banyak tanda tanya yang
muncul dalam benaknya tidak dapat terjawab. Hal ini dapat mengganggu perasaan
dan jiwanya, dan semakin mendesak pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin
gelisah ia apabila tak terjawab. Hal inilah yang disebut dengan rasa ingin tahu
manusia. Manusia membutuhkan informasi yang akan menjadi syaratkebahagiaandirinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar