Daftar Blog Saya

Minggu, 01 Januari 2017

MAKALAH SEJARAH AHMADIAH

 








                                         
                                                           Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang “Sejarah ahmadiah’’.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.
kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya karena pengetahuan yang saya miliki cukup terbatas. Oleh karena itu, kami berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih.




                                                                                Pancor, 23 Oktober 2013






BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
 Ahmadiah adalah salah satu aliran di dalam agama islam diantara ratusan faham yang ada di indonesia dan aliran ahamadiah ini juga merupakan aliran yang menurut sebagian besar ulama adalah aliran sesat karena aliran ini mengakui bahwa nabi muhammad bukan nabi yang terakhir, alirana ahmadiah juga memiliki pandangan yang berbeda dalam ilmu kalam dengan ulama-ulama yanag lain. Oleh sebab itu hal ini perlu menjadi salah satu pembahasan kita dalam diskuta kali ini.
B.   Rumusan Masalah
     a)     Bagaimanakah sejarah ahmadiah ?
     b)     Apa saja faham yang dianut oleh kelompok ahmadiah ?
     c)    Bagaimanakah ajaran kelompok ahmadiah?
C.   Tujuan
    1.     Untuk mengetahui sejarah berdirinya ahmadiah
    3.    Mengetahui fungsi faham yang dianut kelompok ahmadiah
    4.    Mengetahui ajaran  kelompok ahmadiah





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Sejarah Ahmadiah
Menurut pendirinya, Mirza Ghulam Ahmad, Misi Ahmadiyah adalah untuk menghidupkan islam dan menegakkan Syariah islam. Tujuan didirikan jemaat Ahmadiyah menurut pendirinya adalah untuk meremajakan moral islam dan nilai-nilai spiritual. Ahmadiyah bukanlah sebuah agama baru namun bagian dari islam. Para pengikut ahmadiyah mengamalkan rukun iman dan rukun islam. Gerakan Ahmadiyah menganjurkan perdamaian, toleransi, kasih dan saling pengertian diantara para pengikut agama yang berbed, serta menolak kekerasan dan teror dalam bentuk apapun untuk alasan apapun. Jemaat muslim Ahmadiyah adalah suatu Organisasi keagamaan Internasional yang telah tersebar ke lebih dari 185 negara di dunia.pergerakan jemaat Ahmadiyah dalam islam adalah suatu organisasi keagamaan dengan ruang lingkup internasionalyang memiliki cabang di 174 negara tersebar di Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Australia dan Eropa.
Pertumbuhan dan perkembangan ahmadiah dalam peta dunia Islam pada dasarnya dapat dibagi atas tiga fase, yaitu fase kebangkitan, fase ujian, dan perluasan daerah pengaruhnya, yang secara singkat diuraikan berikut :
1.      fase kebangkitan (1880-1990). Pada fase ini Mirza Ghulam Ahmadi mulai aktif menangkis serangan-serangan kaum propogandis dari berbagai pihak, terutama serangan kaum Hindu dan kaum Missionaris Kristen terhadap Islam. Di samping ia dan para pengikutnya aktif melakukan gerakan dakwah. Di saat yang sama, ia menyatakan dirinya sebagai mujaddid atau renovator abad ke-14, karena ia merasa telah ditunjuk oleh Tuhan untuk mempertahankan Islam.
Ketika itu, Mirza Ghulam Ahmadi mengakui dirinya sebagai penjelmaan Isa al-Masih yang menerima wahyu secara berulang-ulang dan berkesinambungan. 

             Karena demikian halnya, justru muslim Sunnī sebagai komonitas terbanyak sebagaimana yang telah dikemukakan, menentang keberadaan Mirza Ghulam Ahmadiyah tersebut, sehingga ia dituduh pembawa bid'ah dan karenanya ia dan pengikutnya dikucilkan dari komunitas muslim dan bahkan dipandang telah keluar dari Islam. Dengan kenyataan ini, maka Ahmadiyah menghadapi gelombang permusuhan yang dasyhat terutama dari intern umat muslim sendiri. Sebagai konesekuensinya pendiri Ahmadiyah memikirkan nasib para pengikutnya yang dikenal dalam masyarakat sebagai golongan Mirzais atau Qadianis. Hasil pemikirannya itu menghasilkan kesimpulan bahwa pahamnya harus didakwakan secara sembunyi-sembunyi pada tahap atau pada fase awal kebangkitannya
2.      fase ujian (1900-1908) bagi jemaat Ahmadiyah. Pada fase ini, Ahmadiyah telah berani mengembangkan pahamnya secara terang-terangan, dan secara berani mendakwahkan bahawa Mirza Ghulam Ahmadiyah sebagai "nabi" dan menghormatinya seperti layaknya seorang rasul Tuhan. Dalam perkembangan dakwahnya, ia pun mengaku tidak hanya sebagai nabi tetapi juga al-Masih. Sebagai akibatnya, maka tantangan sengit bukan saja datang intern Islam tetapi juga dari pihak Kristen.
Hal itu menjadi ujian berat bagi Ahmadiyah, apakah pahamnya mampu bertahan dengan tantangan tersebut, sampailah pada saat ketika pendirinya meninggal akibat tekanan dari berbagai pihak keutuhan dan kesatuan Ahmadiyah terpecah. Sebab perpecahan itu adalah pada masalah khalifah (pengganti pimpinan). Pada gilirannya, tampillah Maulawi Nuruddin menggantikan Mirza Ghulam Ahmad, namun ia tidak diakui oleh semua pengikut Ahmadiyah, kecuali hanya sedikit saja di antara mereka. Akhirnya, pemimpin baru muncul yakni Maulana Muhammad Ali setelah wafatnya Maulawi Nuruddin. Dengan kepemimpinan Maulana Muhammad Ali tampak pengikut Ahmadiyah lebih agresif lagi dan terus mengalami perkembangan.
3.      fase perluasan daerah dan pengaruhya (1908-sampai sekarang), di mana dalam masa ini terutama pada tahun 1914 terpecahlah Ahmadiyah menjadi dua sekte, yakni Ahmadiyah, dan sekte Qadiani Ahmadiyah Lahore. Sekte pertama berkeyakinan bahwa kenabian tetap terbuka sesudah Muhammad saw, tetapi mereka menganggap bahwa pemimpin Ahmadiyah tiada lain adalah mujaddid saja, tidak sama persis dengan kedudukan Muhammad saw. Yang kedua, berkeyakinan bahwa Maulawi Muhammad Ali adalah nabi dan rasul yang berpusat di Lahore.
Walaupun Ahmadiyah terpecah menjadi dua sekte dan sulit untuk bersatu, namun kedua sekte ini sangat aktif dan intensif dalam usaha mewujudkan cita-cita kemahdiannya, terutama di kalangan masyarakat Kristen Barat. Pengikut masing-masing sekte mendirikan mesjid-mesjid sebagai pusat kegiatan, menterjemahkan Al-Quran berikut komentar-komentarnya ke dalam bahasa Asing. Di samping itu Ahmadiyah tampaknya juga aktif mendirikan berbagai lembaga pendidikan serta pusat-pusat kesehatan di berbagai tempat di kawasan Asia dan Afrika. Sebagaimana diketahui, Ahmadiyah masuk ke Indonesia pada tahun 1924 dibawa oleh dua orang muballig yaitu Maulana Ahmad dan Mirza Wali Ahmad. Mereka memulai kegiatannya di Yogyakarta. Setahun kemudian yaitu tahun 1925, Ahmadiyah Qadian menyusul dibawa oleh seorang muballignya bernama Rahmad 'Ali H. A. O.T, dan mulai mendakwahkan ajarannya di Padang. Kedua sekte tersebut berlomba menanamkan pengaruhnya, dan rupanya mendapat tanggapan positif dari masyarakat dan mendapat kesuksesan dalam misinya.
B.     Sejarah penyebaran di Indonesia
       Ahmadiyah Qadian
Tiga pemuda dari Sumatera Thawalib yakni suatu pesantren di Padangpanjang, Sumatera Barat meninggalkan negerinya untuk menuntut Ilmu. Mereka adalah (alm) Abubakar Ayyub, (alm) Ahmad Nuruddin, dan (alm) Zaini Dahlan.
Awalnya meraka akan berangkat ke Mesir, karena saat itu Kairo terkenal sebagai Pusat Studi Islam. Namun Guru mereka menyarankan agar pergi ke India karena negara tersebut mulai menjadi pusat pemikiran Modernisasi Islam.
Sampailah ketiga pemuda Indonesia itu di Kota Lahore dan bertemu dengan Anjuman Isyaati Islam atau dikenal dengan nama Ahmadiyah Lahore. Setelah beberapa waktu disana, merekapun ingin melihat sumber dan pusat Ahmadiyah yang ada di desa Qadian. Dan setelah mendapatkan penjelasan dan keterangan, akhirnya mereka Bai'at di tangan Hadhrat Khalifatul Masih II r.a., Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a.
 Kemudian tiga pemuda itu memutuskan untuk belajar di Madrasah Ahmadiyah yang kini disebut Jamiah Ahmadiyah. Merasa puas dengan pengajaran disana, Mereka mengundang rekan-rekan pelajar di Sumatera Thawalib untuk belajar di Qadian. Tidak lama kemudian duapuluh tiga orang pemuda Indonesia dari Sumatera Thawalib bergabung dengan ketiga pemuda Indonesia yang terdahulu, untuk melanjutkan studi juga baiat masuk ke dalam Jemaat Ahmadiyah.Dua tahun setelah peristiwa itu, para pelajar Indonesia menginginkan agar Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. berkunjung ke Indonesia. Hal ini disampaikan (alm) Haji Mahmud - juru bicara para pelajar Indonesia dalam Bahasa Arab. Respon positif terlontar dari Hadhrat Khalifatul Masih II r.a.. Ia meyakinkan bahwa meskipun beliau sendiri tidak dapat mengunjungi Indonesia, beliau akan mengirim wakil beliau ke Indonesia. Kemudian, (alm) Maulana Rahmat Ali HAOT dikirim sebagai muballigh ke Indonesia sebagai pemenuhannya.
Tanggal 17 Agustus 1925, Maulana Rahmat Ali HAOT dilepas Hadhrat Khalifatul Masih II r.a berangkat dari Qadian. Tepatnya tanggal 2 Oktober 1925 sampailah Maulana Rahmat Ali HAOT di Tapaktuan, Aceh. Kemudian berangkat menuju Padang, Sumatera Barat. Banyak kaum intelek dan orang orang biasa menggabungkan diri dengan Ahmadiyah. Pada tahun 1926, Disana, Jemaat Ahmadiyah mulai resmi berdiri sebagai organisasi.[10] Tak beberapa lama, Maulana Rahmat Ali HAOT berangkat ke Jakarta, ibukota Indonesia. Perkembangan Ahmadiyah tumbuh semakin cepat, hingga dibentuklah Pengurus Besar (PB) Jemaat Ahmadiyah dengan (alm) R. Muhyiddin sebagai Ketua pertamanya terjadilah Proklamasi kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945. Di dalam meraih kemerdekaan itu tidak sedikit para Ahmadi Indonesia yang ikut berjuang dan meraih kemerdekaan. Misalnya (alm) R. Muhyiddin. Beliau dibunuh oleh tentara Belanda pada tahun 1946 karena beliau merupakan salah satu tokoh penting kemerdekaan Indonesia. Juga ada beberapa Ahmadi yang bertugas sebagai prajurit di Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, dan mengorbankan diri mereka untuk negara. Sementara para Ahmadi yang lain berperan di bidang masing-masing untuk kemerdekaan Indonesia, seperti (alm) Mln. Abdul Wahid dan (alm) Mln. Ahmad Nuruddin berjuang sebagai penyiar radio, menyampaikan pesan kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia. Sementara itu, muballigh yang lain (alm) Mln. Sayyid Syah Muhammad merupakan salah satu tokoh penting sehingga Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia, di kemudian hari menganugerahkan gelar veteran kepada beliau untuk dedikasi beliau kepada negaara. Pada tahun lima puluhan, Jemaat Ahmadiyah Indonesia mendapatkan legalitas menjadi satu Organisasi keormasan di Indonesia Yakni dengan dikeluarkannya Badan Hukum oleh Menteri Kehakiman RI No. JA. 5/23/13 tertanggal 13-3-1953. Ahmadiyah tidak pernah berpolitik, meskipun ketegangan politik di Indonesia pada tahun 1960-an sangat tinggi. Pergulatan politik ujung-ujungnya membawa kejatuhan Presiden pertama Indonesia, Soekarno, juga memakan banyak korban. Satu lambang era baru di Indonesia pada masa itu adalah gugurnya mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia, Arif Rahman Hakim, yang tidak lain melainkan seorang khadim Ahmadiyah. Dia terbunuh di tengah ketegangan politik masa itu dan menjadi simbol bagi era baru pada masa itu. Oleh karena itu iapun diberikan penghargaan sebagai salah satu Pahlawan Ampera.
Di Era 70-an, melalui Rabithah Alam al Islami semakin menjadi-jadi di awal 1970-an, para ulama Indonesia mengikuti langkah mereka. Maka ketika Rabithah Alam al Islami menyatakan Ahmadiyah sebagai non muslim pada tahun 1974, hingga MUI memberikan fatwa sesat terhadap Ahmadiyah. Sebagai akibatnya, Banyak mesjid Ahmadiyah yang dirubuhkan oleh massa yang dipimpin oleh ulama. Selain itu, banyak Ahmadi yang menderita serangan secara fisik. Periode 90-an menjadi periode pesat perkembangan Ahmadiyah di Indonesia bersamaan dengan diluncurkannya Moslem Television Ahmadiyya (MTA).
Ketika Pengungsi Timor Timur yang membanjiri wilayah Indonesia setelah jajak pendapat dan menyatakan bahwa Timor Timur ingin lepas dari Indonesia, hal ini memberikan kesempatan kepada Majelis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia untuk mengirimkan tim Khidmat Khalq untuk berkhidmat secara terbuka.
Ketika Tahun 2000, tibalah Hadhrat Mirza Tahir Ahmad ke Indonesia datang dari London menuju Indonesia. Ketika itu beliau sempat bertemu dan mendapat sambuatan baik dari Presiden Republik Indonesia, Abdurahman Wahid dan Ketua MPR, Amin Rais.
C.    Tokoh
Amir Gerakan Ahmadiyah (AAIIL)
Gerakan Ahmadiyah (Ahmadiyah Movement) atau Ahmadiyah Lahore tidak mengenal khalifah sebagai pemimpin, akan tetapi seorang Amir yang diangkat sebagai pemimpin.
Adapun para Amir tersebut adalah sbb:
  1. Hazrat Maulana Hakim Nurudin
  2. Maulana Muhammad Ali MA. LLB.
  3. Maulana Sadrudin
  4. Dr. Saed Ahmad Khan
  5. Prof. Dr. Asghar Hamid Ph.D
  6. Prof. Dr.Abdul Karim Saeed

pendiri aliran Ahmadiyyah.
Terdapat dua kelompok Ahmadiyah. Keduanya sama-sama mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Isa al Masih yang telah dijanjikan Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi dua kelompok tersebut memiliki perbedaan prinsip:
  • Ahmadiyah Qadian, di Indonesia dikenal dengan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (berpusat di Bogor yakni kelompok yang mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang mujaddid (pembaharu) dan seorang nabi yang tidak membawa syariat baru.
D.    Faham dan Ajaran Ahmadiah
Pokok-Pokok Ajaran Ahmadiyah Qadian sebagai berikut:
  1. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, laki-laki kelahiran Qadian, India sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih yang dijanjikan kedatangannya di akhir zaman oleh Allah SWT.
  2. Mengimani dan meyakini bahwa kitab Alquran adalah satu-satunya kitab suci.
  3. Mengimani dan meyakini bahwa wahyu dan kenabian tidak terputus dengan diutusnya Nabi Muhammad saw. Mereka beranggapan bahwa risalah kenabian (nabi ummati/nabi pengikut Rasulullah saw. yang hanya mengikuti syariat Islam terus berlanjut sampai hari kiamat.
  4. Mengimani dan meyakini bahwa Mekah dan Madinah tempat suci sebagaimana umat Islam pada umumnya.
  5. Wanita Ahmadiyah dianjurkan menikah dengan laki-laki Ahmadiyah demi menjaga dan meneruskan keturunan rohani, namun laki-laki Ahmadiyah boleh menikah dengan wanita di luar Ahmadiyah.
keyakinan Ahmadiyah Lahore
Percaya pada semua aqidah dan hukum-hukum yang  tercantum dalam Al Qur’andan hadis dan percaya pada semua perkara agama yang telah disetujui oleh para ulama salaf yakin bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir.
  1. Nabi Muhammad SAW adalah. Sesudahnya tidak akan datang nabi lagi, baik nabi lama maupun nabi baru.
  2. Sesudah Nabi Muhammad SAW, malaikat Jibril tidak akan membawa wahyu nubuwat kepada siapa pun.
  3. Apabila malaikat Jibril membawa wahyu nubuwwat (wahyu risalat) satu kata saja kepada seseorang, maka akan bertentangan dengan ayat: walâkin rasûlillâhi wa khâtamun-nabiyyîn (QS 33:40), dan berarti membuka pintu khatamun-nubuwwat.
  4. Sesudah Nabi Muhammad SAW silsilah wahyu nubuwwat telah tertutup, akan tetapi silsilah wahyu walayat tetap terbuka, agar iman dan akhlak umat tetap cerah dan segar.
  5. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, bahwa di dalam umat ini tetap akan datang auliya Allah, para mujaddid dan para muhaddats, akan tetapi tidak akan datang nabi.
  6. Mirza Ghulam Ahmad adalah mujaddid abad 14 H. Dan menurut Hadits, mujaddid akan tetap ada. Dan kepercayaan kami bahwa Mirza Ghulam Ahmad bukan nabi, tetapi berkedudukan sebagai mujaddid.
  7. Percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad bukan bagian dari rukun dan, maka dari itu orang yang tidak percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad tidak bisa disebut kafir.
  8. Seorang muslim apabila mengucapkan kalimat thoyyiah dia tidak boleh disebut kafira. Mungkin dia bisa salah, akan tetapi seseorang dengan sebab berbuat salah dan maksiat, tidak bisa disebut kafir.
  9. Ahmadiyah Lahore berpendapat bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah pelayan dan pengemban misi Nabi Muhammad SAW



Kontroversi Ajaran Ahmadiah

Menurut ajaran islam, Ahmadiyah dianggap melenceng dari ajaran islam sebenarnya karena mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Isa Al Masih dan Imam Mahdi, hal yang bertentangan dengan pandangan umumnya kaum muslimin yang mempercayai Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir. Perbedaan Ahmadiyah dengan islam pada umunya juga pada penafsiran ayat-ayat al-Qur’an. Ahmadiah sering dikaitkan dengan kitab Tazkirah yang sebenarnya bukan kitab suci bagi ahmadia, namun hanya merupakan satu buku yang berisi kumpulan pengalaman rohani pendiri jemaat Ahmadiah, layaknya Diary. Adapula yang menyebut bahwa kota suci Jemaat Ahmadiah adalah qadian dan Rabwah. Adanya kota suci Jemaah Ahmadiah adalah sama dengan kota suci umat islam lainnya, yakni Mekkah dan Madina
      Amir Nasional Pengurus Besar Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) Abdul Basit menegaskan Jamaah Ahmadiyah meyakini bahwa pangkat Nabi Muhammad SAW sebagai khatamun Nabiyyin (Penutup Para Nabi) tidak menutup munculnya nabi setelah Muhammad SAW.
Dengan perkataan ini, telah jelas bahwa Ahmadiyah merupakan ajaran yang sesat dan menyesatkan bahkan fatwa Ulama mengkafirkan ajaran ini. Walaupun Ahmadiyah berkali-kali mengatakan percaya, yakin kepada Al-quran tapi kenyataannya Ahmadiayah mendustakan dan meragukannya juga karena telah jelas dalam Firman Allah SWT:

 « ما كان محمد ابا أ احد من رجالكم ولكن رسو ل الله وخاتم النبين و كان الله بكل شيء عليما« 
              Artinya: "Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al ahzab: 40)

 Kata penutup para nabi ini telah jelas bahwa tidak  ada nabi sesuda Nabi Muhammad SAW. Kalau Jamaah Ahmadiayah benar-benar berpedoman kepada Al-quran maka seharusnya tidak mempercayai Pria yang berkebangsaan India Hazrat Mirza Ghulam Ahmad  sebagai Nabi dan Rasul. Abdul Basit menegaskan bahwa Jamaah Ahmadiyah meyakini bahwa pangkat Nabi Muhammad saw sebagai khatamun nabiyyin (Penutup Nabi) tidak menutup munculnya nabi setelah Muhammad SAW , berarti abdul Basit meragukan firman Allah (Al-Quran) karena apa yang tertera di dalamnya semua benar dalam surah Al-Baqorah disebutkan :

ذ لك الكتاب لا ريب فيه
Artinya : Inilah kitab yang tdak ada keragu-raguan di dalamnya (Q. Al-Baqorah ayat 2)

Perbedaan antara muslimin dengan Ahmadiyah  bahwa muslimin adalah orang yang beribadah kepada Allah semata dan menjadi pengikut Rasulnya Muhammad SAW  dan beriman bahwa dialahpenutup para nabi dan tidak ada nabi setelahnya. Adapun ahmadiyah adalah orang yang mengikuti Mirza Ghulam Ahmad, mereka adalah orang-orang kafir dan bukan muslimin, karena mereka meyakini bahwa Mirza adalah nabi setelah Muhammad SAW. Dan barang siapa yang berkeyakinan seperti ini maka dia kafir menurut seluruh ulama muslimin, d
Salah satu jamaah Ahmadiyah mengatakan bahwa di seluruh belahan dunia, di manapun orang-orang Ahmadiyah berada berkeyakinan dengan kuat , Tiada Tuhan selain Allah, dan yang tak dapat di tawar lagi Muhammad adalah RosulNya.
Oleh karena itu jikalau kalian meyakini bahwa “Tiada  Tuhan Selain Allah dan Muhammad Adalah RosulNya”  maka ikut, yakin,  dan percayalah kepada seluruh Firman Allah dan Seluruh Sabda Rosul Muhammad SAW. Berikut Sabda Rosul:
                   Yang Artinya: “Aku adalah penutup nabi-nabi, tidak ada nabi setelahku”.(Diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad, Al Bukhari, Muslim dan Abu daud)

Wahai para Jamaah Ahmadiyah sekarang buktikan kalau kalian benar-benar  yakin bahwa Muhammad adalah Rosul Allah maka percayalah sabda (perkataan) beliau seperti di atas (Penutup Nabi-Nabi) tidak ada Nabi sesudahku.

Walaupun para Jamah Ahmadiayah mengungkapkan secara lisan di berbagai media percaya kepada Al-quran dan As-Sunnah tetapi realita sekarang tetap saja menganggap Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi, maka coba renungi firman dan sabda rosul di atas semuanya telah jelas bahwa tidak ada Nabi/Rosul sesuda Nabi Muhammad SAW.







BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Ajaran dari Ahmadiah menurut sebagian besar umat islam merupakan ajaran yang sesata karena dalam ajarannya terdapat ajaran yang bertentangan dengan hadis Nabi dan dalil dalam Al-Quran, oleh sebaba itu juga ajaran ini di beberapa tempat mendapat penolakan yang cukup keras yang dampaknya terhadap kelompok ini yaitu pengusiran abahkan ada yang sampai lebih anarkis seperti pembakaran, dll,
Oleh sebab itu kita harus bisa menjaga diri kita darii ajaran ahmadiah ini karena ajaran ini bisa menyesatkan kita.
B.   Saran
Sebagai penyusun saya merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran dari pembaca.



 




                                                 

                                                              DAFTAR PUSTAKA
Amidy, al, Ghayah al, Maram fi Ilm al,Kalam, al-Majlis al-‘ala li Syu’un al-Islamiyah, al-Qahirah, 1971.
Guhuraby,al,Ali Musthafa, Tarikh al-Firaq al-islami wa Nasy’atuilmi al-Kalam ‘inda  al-Muslim, Maktaba’ah, Mesir, tanpa tahun.

Shubhi, Ahmad Mahmud, Fi Ilm al-Kalam, Bagian I, al-Tsaqafah al-Jami’ah, cet. IV, 1982.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar