Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berisikan
tentang “Sejarah ahmadiah’’.
Makalah
ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca
dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.
kami menyadari bahwa
makalah ini masih banyak kekurangannya karena pengetahuan yang saya miliki cukup
terbatas. Oleh karena itu, kami
berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata kami sampaikan terima
kasih.
Pancor, 23 Oktober 2013
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Ahmadiah
adalah salah satu aliran di dalam agama islam diantara ratusan faham yang ada
di indonesia dan aliran ahamadiah ini juga merupakan aliran yang menurut
sebagian besar ulama adalah aliran sesat karena aliran ini mengakui bahwa nabi
muhammad bukan nabi yang terakhir, alirana ahmadiah juga memiliki pandangan
yang berbeda dalam ilmu kalam dengan ulama-ulama yanag lain. Oleh sebab itu hal
ini perlu menjadi salah satu pembahasan kita dalam diskuta kali ini.
B.
Rumusan Masalah
a) Bagaimanakah sejarah ahmadiah ?
b) Apa saja faham
yang dianut oleh kelompok ahmadiah ?
c)
Bagaimanakah ajaran kelompok ahmadiah?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui sejarah berdirinya ahmadiah
3.
Mengetahui fungsi faham yang dianut
kelompok ahmadiah
4.
Mengetahui ajaran kelompok ahmadiah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
Ahmadiah
Menurut
pendirinya, Mirza Ghulam Ahmad, Misi Ahmadiyah adalah untuk menghidupkan islam
dan menegakkan Syariah islam. Tujuan didirikan jemaat Ahmadiyah menurut
pendirinya adalah untuk meremajakan moral islam dan nilai-nilai spiritual.
Ahmadiyah bukanlah sebuah agama baru namun bagian dari islam. Para pengikut
ahmadiyah mengamalkan rukun iman dan rukun islam. Gerakan Ahmadiyah
menganjurkan perdamaian, toleransi, kasih dan saling pengertian diantara para
pengikut agama yang berbed, serta menolak kekerasan dan teror dalam bentuk
apapun untuk alasan apapun. Jemaat muslim Ahmadiyah adalah suatu Organisasi
keagamaan Internasional yang telah tersebar ke lebih dari 185 negara di
dunia.pergerakan jemaat Ahmadiyah dalam islam adalah suatu organisasi keagamaan
dengan ruang lingkup internasionalyang memiliki cabang di 174 negara tersebar
di Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Asia, Australia dan Eropa.
Pertumbuhan dan
perkembangan ahmadiah dalam peta dunia Islam pada dasarnya dapat dibagi atas
tiga fase, yaitu fase kebangkitan, fase ujian, dan perluasan daerah
pengaruhnya, yang secara singkat diuraikan berikut :
1.
fase kebangkitan
(1880-1990). Pada fase ini Mirza Ghulam Ahmadi mulai aktif menangkis
serangan-serangan kaum propogandis dari berbagai pihak, terutama serangan kaum
Hindu dan kaum Missionaris Kristen terhadap Islam. Di samping ia dan para pengikutnya
aktif melakukan gerakan dakwah. Di saat yang sama, ia menyatakan dirinya
sebagai mujaddid atau renovator abad ke-14, karena ia merasa telah
ditunjuk oleh Tuhan untuk mempertahankan Islam.
Ketika itu, Mirza Ghulam Ahmadi mengakui dirinya
sebagai penjelmaan Isa al-Masih yang menerima wahyu secara berulang-ulang dan
berkesinambungan.
Karena demikian halnya, justru muslim Sunnī
sebagai komonitas terbanyak sebagaimana yang telah dikemukakan, menentang
keberadaan Mirza Ghulam Ahmadiyah tersebut, sehingga ia dituduh pembawa bid'ah
dan karenanya ia dan pengikutnya dikucilkan dari komunitas muslim dan bahkan
dipandang telah keluar dari Islam. Dengan kenyataan ini, maka Ahmadiyah
menghadapi gelombang permusuhan yang dasyhat terutama dari intern umat muslim
sendiri. Sebagai konesekuensinya pendiri Ahmadiyah memikirkan nasib para
pengikutnya yang dikenal dalam masyarakat sebagai golongan Mirzais atau Qadianis.
Hasil pemikirannya itu menghasilkan kesimpulan bahwa pahamnya harus didakwakan
secara sembunyi-sembunyi pada tahap atau pada fase awal kebangkitannya
2.
fase ujian (1900-1908)
bagi jemaat Ahmadiyah. Pada fase ini, Ahmadiyah telah berani mengembangkan
pahamnya secara terang-terangan, dan secara berani mendakwahkan bahawa Mirza
Ghulam Ahmadiyah sebagai "nabi" dan menghormatinya seperti layaknya
seorang rasul Tuhan. Dalam perkembangan dakwahnya, ia pun mengaku tidak hanya
sebagai nabi tetapi juga al-Masih. Sebagai akibatnya, maka tantangan sengit
bukan saja datang intern Islam tetapi juga dari pihak Kristen.
Hal itu menjadi ujian berat bagi
Ahmadiyah, apakah pahamnya mampu bertahan dengan tantangan tersebut, sampailah
pada saat ketika pendirinya meninggal akibat tekanan dari berbagai pihak
keutuhan dan kesatuan Ahmadiyah terpecah. Sebab perpecahan itu adalah pada
masalah khalifah (pengganti pimpinan). Pada gilirannya, tampillah
Maulawi Nuruddin menggantikan Mirza Ghulam Ahmad, namun ia tidak diakui oleh
semua pengikut Ahmadiyah, kecuali hanya sedikit saja di antara mereka.
Akhirnya, pemimpin baru muncul yakni Maulana Muhammad Ali setelah wafatnya
Maulawi Nuruddin. Dengan kepemimpinan Maulana Muhammad Ali tampak pengikut
Ahmadiyah lebih agresif lagi dan terus mengalami perkembangan.
3.
fase perluasan daerah
dan pengaruhya (1908-sampai sekarang), di mana dalam masa ini terutama pada
tahun 1914 terpecahlah Ahmadiyah menjadi dua sekte, yakni Ahmadiyah, dan sekte
Qadiani Ahmadiyah Lahore. Sekte pertama berkeyakinan bahwa kenabian tetap terbuka
sesudah Muhammad saw, tetapi mereka menganggap bahwa pemimpin Ahmadiyah tiada
lain adalah mujaddid saja, tidak sama persis dengan kedudukan Muhammad
saw. Yang kedua, berkeyakinan bahwa Maulawi Muhammad Ali adalah nabi dan rasul
yang berpusat di Lahore.
Walaupun Ahmadiyah terpecah menjadi
dua sekte dan sulit untuk bersatu, namun kedua sekte ini sangat aktif dan
intensif dalam usaha mewujudkan cita-cita kemahdiannya, terutama di kalangan
masyarakat Kristen Barat. Pengikut masing-masing sekte mendirikan mesjid-mesjid
sebagai pusat kegiatan, menterjemahkan Al-Quran berikut komentar-komentarnya ke
dalam bahasa Asing. Di samping itu Ahmadiyah tampaknya juga aktif mendirikan
berbagai lembaga pendidikan serta pusat-pusat kesehatan di berbagai tempat di
kawasan Asia dan Afrika. Sebagaimana diketahui, Ahmadiyah masuk ke Indonesia
pada tahun 1924 dibawa oleh dua orang muballig yaitu Maulana Ahmad dan Mirza
Wali Ahmad. Mereka memulai kegiatannya di Yogyakarta. Setahun kemudian yaitu
tahun 1925, Ahmadiyah Qadian menyusul dibawa oleh seorang muballignya bernama
Rahmad 'Ali H. A. O.T, dan mulai mendakwahkan ajarannya di Padang. Kedua sekte
tersebut berlomba menanamkan pengaruhnya, dan rupanya mendapat tanggapan
positif dari masyarakat dan mendapat kesuksesan dalam misinya.
B.
Sejarah penyebaran di Indonesia
Ahmadiyah
Qadian
Tiga pemuda dari Sumatera
Thawalib yakni suatu
pesantren di Padangpanjang, Sumatera
Barat meninggalkan
negerinya untuk menuntut Ilmu. Mereka adalah (alm) Abubakar
Ayyub, (alm) Ahmad Nuruddin, dan (alm) Zaini
Dahlan.
Awalnya meraka akan berangkat ke Mesir, karena saat itu Kairo terkenal sebagai Pusat Studi Islam. Namun Guru mereka menyarankan agar pergi ke India karena negara tersebut mulai menjadi pusat pemikiran
Modernisasi Islam.
Sampailah
ketiga pemuda Indonesia itu di Kota Lahore dan bertemu dengan Anjuman
Isyaati Islam atau dikenal
dengan nama Ahmadiyah Lahore. Setelah beberapa waktu disana, merekapun ingin
melihat sumber dan pusat Ahmadiyah yang ada di desa Qadian. Dan setelah mendapatkan penjelasan dan keterangan,
akhirnya mereka Bai'at di tangan Hadhrat Khalifatul
Masih II r.a., Hadhrat Mirza
Basyiruddin Mahmud Ahmad
r.a.
Kemudian tiga pemuda itu memutuskan
untuk belajar di Madrasah
Ahmadiyah yang kini disebut Jamiah
Ahmadiyah. Merasa puas
dengan pengajaran disana, Mereka mengundang rekan-rekan pelajar di Sumatera
Thawalib untuk belajar di Qadian. Tidak lama kemudian duapuluh tiga orang pemuda
Indonesia dari Sumatera Thawalib bergabung dengan ketiga pemuda Indonesia yang
terdahulu, untuk melanjutkan studi juga baiat masuk ke dalam Jemaat
Ahmadiyah.Dua tahun setelah peristiwa itu, para pelajar Indonesia menginginkan
agar Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. berkunjung ke Indonesia. Hal ini
disampaikan (alm) Haji Mahmud - juru bicara para pelajar Indonesia dalam Bahasa Arab. Respon positif terlontar dari Hadhrat Khalifatul Masih
II r.a.. Ia meyakinkan bahwa meskipun beliau sendiri tidak dapat mengunjungi
Indonesia, beliau akan mengirim wakil beliau ke Indonesia. Kemudian, (alm) Maulana Rahmat Ali HAOT dikirim sebagai muballigh ke Indonesia sebagai
pemenuhannya.
Tanggal 17 Agustus 1925, Maulana Rahmat Ali HAOT dilepas Hadhrat Khalifatul
Masih II r.a berangkat dari Qadian. Tepatnya tanggal 2 Oktober 1925 sampailah
Maulana Rahmat Ali HAOT di Tapaktuan, Aceh. Kemudian berangkat menuju Padang, Sumatera
Barat. Banyak kaum intelek
dan orang orang biasa menggabungkan diri dengan Ahmadiyah. Pada tahun 1926,
Disana, Jemaat Ahmadiyah mulai resmi berdiri sebagai organisasi.[10] Tak beberapa lama, Maulana Rahmat Ali HAOT berangkat ke Jakarta, ibukota Indonesia. Perkembangan Ahmadiyah tumbuh
semakin cepat, hingga dibentuklah Pengurus Besar (PB) Jemaat Ahmadiyah dengan
(alm) R. Muhyiddin sebagai Ketua pertamanya terjadilah Proklamasi kemerdekaan
RI pada 17 Agustus 1945. Di dalam meraih kemerdekaan itu tidak sedikit para
Ahmadi Indonesia yang ikut berjuang dan meraih kemerdekaan. Misalnya
(alm) R. Muhyiddin. Beliau dibunuh oleh tentara Belanda pada tahun 1946 karena beliau merupakan salah satu tokoh
penting kemerdekaan Indonesia. Juga ada beberapa Ahmadi yang bertugas sebagai
prajurit di Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, dan mengorbankan diri
mereka untuk negara. Sementara para Ahmadi yang lain berperan di bidang
masing-masing untuk kemerdekaan Indonesia, seperti (alm) Mln.
Abdul Wahid dan (alm) Mln.
Ahmad Nuruddin berjuang sebagai
penyiar radio, menyampaikan pesan kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia. Sementara
itu, muballigh yang lain (alm) Mln.
Sayyid Syah Muhammad merupakan
salah satu tokoh penting sehingga Soekarno, Presiden pertama Republik
Indonesia, di kemudian hari
menganugerahkan gelar veteran kepada beliau untuk dedikasi beliau kepada negaara. Pada
tahun lima puluhan, Jemaat Ahmadiyah Indonesia mendapatkan legalitas menjadi
satu Organisasi keormasan di Indonesia Yakni dengan dikeluarkannya Badan Hukum
oleh Menteri Kehakiman RI No. JA. 5/23/13 tertanggal 13-3-1953. Ahmadiyah tidak
pernah berpolitik, meskipun ketegangan politik di Indonesia pada tahun 1960-an
sangat tinggi. Pergulatan politik ujung-ujungnya membawa kejatuhan Presiden
pertama Indonesia, Soekarno, juga memakan banyak korban. Satu lambang era baru
di Indonesia pada masa itu adalah gugurnya mahasiswa kedokteran Universitas
Indonesia, Arif
Rahman Hakim, yang tidak lain
melainkan seorang khadim Ahmadiyah. Dia terbunuh di tengah ketegangan politik
masa itu dan menjadi simbol bagi era baru pada masa itu. Oleh karena itu iapun
diberikan penghargaan sebagai salah satu Pahlawan
Ampera.
Di Era 70-an, melalui Rabithah Alam al Islami semakin menjadi-jadi di awal
1970-an, para ulama Indonesia mengikuti langkah mereka. Maka ketika Rabithah
Alam al Islami menyatakan Ahmadiyah sebagai non muslim pada tahun 1974, hingga MUI memberikan fatwa sesat terhadap Ahmadiyah. Sebagai
akibatnya, Banyak mesjid Ahmadiyah yang dirubuhkan oleh massa yang dipimpin
oleh ulama. Selain itu, banyak Ahmadi yang menderita serangan secara fisik.
Periode 90-an menjadi periode pesat perkembangan Ahmadiyah di Indonesia
bersamaan dengan diluncurkannya Moslem
Television Ahmadiyya (MTA).
Ketika Pengungsi Timor Timur yang membanjiri wilayah Indonesia setelah
jajak pendapat dan menyatakan bahwa Timor Timur ingin lepas dari Indonesia, hal
ini memberikan kesempatan kepada Majelis Khuddamul Ahmadiyah Indonesia untuk mengirimkan
tim Khidmat Khalq untuk berkhidmat secara terbuka.
Ketika Tahun 2000, tibalah Hadhrat
Mirza Tahir Ahmad ke Indonesia datang dari London menuju Indonesia. Ketika itu beliau
sempat bertemu dan mendapat sambuatan baik dari Presiden
Republik Indonesia, Abdurahman Wahid dan Ketua MPR, Amin
Rais.
C.
Tokoh
2.
Hadhrat Alhaj
Mirza Bashir-ud-Din Mahmood Ahmad, Khalifatul Masih II, 14
Maret 1914 - 7
November 1965
5.
Hadhrat
Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih V, 22
April 2003 - sekarang
Amir Gerakan Ahmadiyah (AAIIL)
Gerakan Ahmadiyah (Ahmadiyah Movement) atau Ahmadiyah Lahore tidak mengenal
khalifah sebagai pemimpin, akan tetapi seorang Amir yang diangkat sebagai
pemimpin.
Adapun para
Amir tersebut adalah sbb:
- Hazrat Maulana Hakim Nurudin
- Maulana Muhammad Ali MA. LLB.
- Maulana Sadrudin
- Dr. Saed Ahmad Khan
- Prof. Dr. Asghar Hamid Ph.D
- Prof. Dr.Abdul Karim Saeed
pendiri aliran
Ahmadiyyah.
Terdapat dua kelompok Ahmadiyah. Keduanya sama-sama mempercayai bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Isa
al Masih yang telah
dijanjikan Nabi
Muhammad SAW. Akan tetapi dua
kelompok tersebut memiliki perbedaan prinsip:
- Ahmadiyah Qadian, di Indonesia dikenal dengan Jemaat Ahmadiyah Indonesia (berpusat di Bogor yakni kelompok yang mempercayai
bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang mujaddid
(pembaharu) dan seorang nabi yang
tidak membawa syariat baru.
D.
Faham dan
Ajaran Ahmadiah
Pokok-Pokok
Ajaran Ahmadiyah Qadian sebagai berikut:
- Hadhrat Mirza Ghulam
Ahmad, laki-laki kelahiran Qadian, India sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih
yang dijanjikan kedatangannya di akhir zaman oleh Allah SWT.
- Mengimani dan meyakini
bahwa kitab Alquran adalah satu-satunya kitab suci.
- Mengimani dan meyakini
bahwa wahyu dan kenabian tidak terputus dengan diutusnya Nabi Muhammad
saw. Mereka beranggapan bahwa risalah kenabian (nabi ummati/nabi pengikut
Rasulullah saw. yang hanya mengikuti syariat Islam terus berlanjut sampai
hari kiamat.
- Mengimani dan meyakini
bahwa Mekah dan Madinah tempat suci sebagaimana umat Islam pada umumnya.
- Wanita Ahmadiyah
dianjurkan menikah dengan laki-laki Ahmadiyah demi menjaga dan meneruskan
keturunan rohani, namun laki-laki Ahmadiyah boleh menikah dengan wanita di
luar Ahmadiyah.
keyakinan
Ahmadiyah Lahore
Percaya pada semua aqidah dan hukum-hukum yang tercantum dalam Al Qur’andan hadis dan
percaya pada semua perkara agama yang telah disetujui oleh para ulama salaf
yakin bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir.
- Nabi Muhammad SAW adalah.
Sesudahnya tidak akan datang nabi lagi, baik nabi lama maupun nabi baru.
- Sesudah Nabi Muhammad SAW,
malaikat Jibril tidak akan membawa wahyu nubuwat kepada siapa pun.
- Apabila malaikat Jibril
membawa wahyu nubuwwat (wahyu risalat) satu kata saja kepada
seseorang, maka akan bertentangan dengan ayat: walâkin rasûlillâhi wa
khâtamun-nabiyyîn (QS 33:40), dan berarti membuka pintu khatamun-nubuwwat.
- Sesudah Nabi Muhammad SAW
silsilah wahyu nubuwwat telah tertutup, akan tetapi silsilah wahyu
walayat tetap terbuka, agar iman dan akhlak umat tetap cerah dan
segar.
- Sesuai dengan sabda Nabi
Muhammad SAW, bahwa di dalam umat ini tetap akan datang auliya Allah, para
mujaddid dan para muhaddats, akan tetapi tidak akan datang
nabi.
- Mirza Ghulam Ahmad adalah mujaddid
abad 14 H. Dan menurut Hadits, mujaddid akan tetap ada. Dan
kepercayaan kami bahwa Mirza Ghulam Ahmad bukan nabi, tetapi berkedudukan
sebagai mujaddid.
- Percaya kepada Mirza
Ghulam Ahmad bukan bagian dari rukun dan, maka dari itu orang yang tidak
percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad tidak bisa disebut kafir.
- Seorang muslim apabila
mengucapkan kalimat thoyyiah dia tidak boleh disebut kafira. Mungkin dia
bisa salah, akan tetapi seseorang dengan sebab berbuat salah dan maksiat,
tidak bisa disebut kafir.
- Ahmadiyah Lahore
berpendapat bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah pelayan dan pengemban misi
Nabi Muhammad SAW
Kontroversi Ajaran Ahmadiah
Menurut
ajaran islam, Ahmadiyah dianggap melenceng dari ajaran islam sebenarnya karena
mengakui Mirza Ghulam Ahmad sebagai Isa Al Masih dan Imam Mahdi, hal yang
bertentangan dengan pandangan umumnya kaum muslimin yang mempercayai Nabi
Muhammad SAW sebagai Nabi terakhir. Perbedaan
Ahmadiyah dengan islam pada umunya juga pada penafsiran ayat-ayat al-Qur’an.
Ahmadiah sering dikaitkan dengan kitab Tazkirah yang sebenarnya bukan kitab
suci bagi ahmadia, namun hanya merupakan satu buku yang berisi kumpulan
pengalaman rohani pendiri jemaat Ahmadiah, layaknya Diary. Adapula yang
menyebut bahwa kota suci Jemaat Ahmadiah adalah qadian dan Rabwah. Adanya kota
suci Jemaah Ahmadiah adalah sama dengan kota suci umat islam lainnya, yakni
Mekkah dan Madina
Amir Nasional Pengurus Besar Jamaah
Ahmadiyah Indonesia (JAI) Abdul Basit menegaskan Jamaah Ahmadiyah meyakini
bahwa pangkat Nabi Muhammad SAW sebagai khatamun Nabiyyin (Penutup Para Nabi)
tidak menutup munculnya nabi setelah Muhammad SAW.
Dengan perkataan ini, telah jelas
bahwa Ahmadiyah merupakan ajaran yang sesat dan menyesatkan bahkan fatwa Ulama
mengkafirkan ajaran ini. Walaupun Ahmadiyah berkali-kali mengatakan percaya,
yakin kepada Al-quran tapi kenyataannya Ahmadiayah mendustakan dan meragukannya
juga karena telah jelas dalam Firman Allah SWT:
« ما كان محمد ابا أ احد من رجالكم ولكن رسو ل الله وخاتم النبين و كان الله
بكل شيء عليما«
Artinya: "Muhammad itu
sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia
adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu”. (QS. Al ahzab: 40)
Kata
penutup para nabi ini telah jelas bahwa tidak ada nabi sesuda Nabi
Muhammad SAW. Kalau Jamaah Ahmadiayah benar-benar berpedoman kepada Al-quran
maka seharusnya tidak mempercayai Pria yang berkebangsaan India Hazrat Mirza
Ghulam Ahmad sebagai Nabi dan Rasul. Abdul Basit menegaskan bahwa Jamaah
Ahmadiyah meyakini bahwa pangkat Nabi Muhammad saw sebagai khatamun nabiyyin
(Penutup Nabi) tidak menutup munculnya nabi setelah Muhammad SAW , berarti
abdul Basit meragukan firman Allah (Al-Quran) karena apa yang tertera di
dalamnya semua benar dalam surah Al-Baqorah disebutkan :
ذ لك الكتاب لا ريب فيه
Artinya : Inilah kitab yang tdak ada
keragu-raguan di dalamnya (Q. Al-Baqorah ayat 2)
Perbedaan
antara muslimin dengan Ahmadiyah bahwa
muslimin adalah orang yang beribadah kepada Allah semata dan menjadi pengikut
Rasulnya Muhammad SAW dan beriman bahwa
dialahpenutup para nabi dan tidak ada nabi setelahnya. Adapun ahmadiyah adalah
orang yang mengikuti Mirza Ghulam Ahmad, mereka adalah orang-orang kafir dan
bukan muslimin, karena mereka meyakini bahwa Mirza adalah nabi setelah Muhammad
SAW. Dan barang siapa yang berkeyakinan seperti ini maka dia kafir menurut
seluruh ulama muslimin, d
Salah satu jamaah Ahmadiyah mengatakan bahwa di seluruh belahan dunia, di manapun orang-orang Ahmadiyah berada berkeyakinan dengan kuat , Tiada Tuhan selain Allah, dan yang tak dapat di tawar lagi Muhammad adalah RosulNya.
Salah satu jamaah Ahmadiyah mengatakan bahwa di seluruh belahan dunia, di manapun orang-orang Ahmadiyah berada berkeyakinan dengan kuat , Tiada Tuhan selain Allah, dan yang tak dapat di tawar lagi Muhammad adalah RosulNya.
Oleh karena itu jikalau kalian
meyakini bahwa “Tiada Tuhan
Selain Allah dan Muhammad Adalah RosulNya” maka ikut, yakin, dan percayalah kepada seluruh Firman Allah
dan Seluruh Sabda Rosul Muhammad SAW. Berikut Sabda Rosul:
Yang Artinya: “Aku adalah
penutup nabi-nabi, tidak ada nabi setelahku”.(Diriwayatkan oleh Al Imam Ahmad, Al Bukhari, Muslim dan Abu daud)
Wahai para
Jamaah Ahmadiyah sekarang buktikan kalau kalian benar-benar yakin bahwa Muhammad adalah Rosul Allah maka
percayalah sabda (perkataan) beliau seperti di atas (Penutup Nabi-Nabi) tidak
ada Nabi sesudahku.
Walaupun para Jamah Ahmadiayah
mengungkapkan secara lisan di berbagai media percaya kepada Al-quran dan
As-Sunnah tetapi realita sekarang tetap saja menganggap Mirza Ghulam Ahmad
sebagai Nabi, maka coba renungi firman dan sabda rosul di atas semuanya telah jelas
bahwa tidak ada Nabi/Rosul sesuda Nabi Muhammad SAW.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Ajaran dari Ahmadiah menurut sebagian besar umat islam
merupakan ajaran yang sesata karena dalam ajarannya terdapat ajaran yang
bertentangan dengan hadis Nabi dan dalil dalam Al-Quran, oleh sebaba itu juga
ajaran ini di beberapa tempat mendapat penolakan yang cukup keras yang
dampaknya terhadap kelompok ini yaitu pengusiran abahkan ada yang sampai lebih
anarkis seperti pembakaran, dll,
Oleh sebab itu kita harus bisa menjaga diri kita darii
ajaran ahmadiah ini karena ajaran ini bisa menyesatkan kita.
B. Saran
Sebagai
penyusun saya merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh
karena itu, saya mohon kritik dan saran dari pembaca.
|
Amidy, al, Ghayah al, Maram fi Ilm al,Kalam, al-Majlis
al-‘ala li Syu’un al-Islamiyah, al-Qahirah, 1971.
Guhuraby,al,Ali Musthafa, Tarikh al-Firaq al-islami wa
Nasy’atuilmi al-Kalam ‘inda al-Muslim,
Maktaba’ah, Mesir, tanpa tahun.
Shubhi, Ahmad Mahmud, Fi Ilm al-Kalam, Bagian I,
al-Tsaqafah al-Jami’ah, cet. IV, 1982.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar